Lihat ke Halaman Asli

Bryan Jati Pratama

Author of Rakunulis.com

Menggenggam Masa Lalu untuk Menerangi Masa Depan

Diperbarui: 24 Juli 2021   07:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sumber: Calonmahasiswa.com

Perkembangan zaman tentunya menuntut kita untuk berpikiran modern. Tanda modernitas sebuah negara adalah kemajuan, dapat berupa kemajuan dalam teknologi maupun kemajuan dalam  ekonomi, yang saat ini merupakan salah satu tolok ukur peradaban. Pandangan tersebut tidak sepenuhnya salah, mengingat peran teknologi dan ekonomi dalam kemajuan masyarakat memang mempunyai arti yang signifikan.

Internet contohnya, dapat kita rasakan langsung bagaimana teknologi dapat mempengaruhi suatu kualitas hidup dari masyarakat terlepas dari dampak negatif yang ditimbulkannya, walaupun secara teoritis disebabkan karena masyarakat sendiri yang belum dapat meletakkan teknologi sesuai dengan kegunaannya. 

Sistem keuangan modern juga tak kalah penting dalam memberikan kontribusi bagi pertumbuhan suatu negara, maka tak jarang jika sekarang pertumbuhan suatu negara selalu diukur dari pertumbuhan ekonominya.

Teknologi dan ekonomi, sekali lagi juga mengenalkan kita pandangan baru yaitu konsep negara maju dan negara berkembang -kalau tidak mau disebut terbelakang- atau negara dunia ketiga. 

Dengan konsep yang mengatasnamakan kemajuan ini, banyak negara-negara yang menerima predikat 'negara berkembang' yang tentu saja disematkan oleh 'negara maju' sebagai pemegang hak paten atas konsep tersebut. 

Sehingga demi prestise disebut sebagai 'negara maju', banyak dari negara-negara ini secara terus menerus mencari kiblat kemajuan ala negara-negara maju di Eropa.

Sebenarnya dalam jangka pendek tidak ada masalah. Toh perbaikan memang diperlukan dan salah satu cara mewujudkannya adalah dengan sikap keterbukaan dari dunia luar. 

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, proses pencarian kiblat dari dunia luar ini seringkali mengakibatkan tercerabutnya akar identitas sebuah bangsa dalam jangka panjang. 

Inilah yang menyebabkan banyak negara berkembang mengalami krisis identitas.

Kebingungan pun melanda generasi sekarang  yang memang secara rentang waktu sudah sangat terpisah jauh dari akar identitas bangsanya sendiri. Sedangkan di saat yang sama, generasi tersebut terseok-seok mengejar kiblat yang selama ini diikuti oleh pendahulunya mengingat negara-negara Eropa sendiri bergerak maju terus menerus sedemikian rupa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline