Lihat ke Halaman Asli

Bryan Jati Pratama

Author of Rakunulis.com

Puisi | Bantaran Mahakam

Diperbarui: 26 Maret 2019   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : aprnsby.blogspot.com

Untuk para penghuni bantaran. Untuk yang doanya mengakibatkan banjir malu untuk datang.

Sudahkah selesai doamu. Hingga malaikat paham apa yang sebenarnya engkau mau. Agar dia tidak bingung ketika ditanya tuhan. Atas apa yang kau inginkan.

Seberapa percaya pada kata kata. Tidak bermakna ganda. Takutnya nanti salah tangkap. Maksud yang kau minta.

Bagaimana dengan alamatnya. Nama jalan dan nomor rumahnya. Kau harus pastikan malaikatmu tak tersesat. Akibat alamat salah di surat.

Itu pun kalau di alam sana masih tersisa jalan. Dan rumah rumah. Soalnya akhir akhir ini saudaraku suka mengambil paksa tanah. Diduduki. Karena saudaraku benar sendiri. Seolah surga bukan tempatnya berbagi.

Lalu percayakah kau akan malaikat. Yang dulu meragukan penciptaanmu. Katanya kau penumpah darah dan perusak bumi. Padahal di pinggiran kota sana. Kau hanya bisa berdoa. Kau yang ditumpahkan darahnya. Anak anakmu yang dirusak.

Dan masih kau selipkan syukur dalam doa. Oh, roh manusia yang menampung semesta. Tak perlu bersusah doa engkau kirim. Tuhan ada disini. Di dalam gubukmu sendiri.

Jakarta,08.00
26 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline