Lihat ke Halaman Asli

Bahagia Sampe Tua

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12948492461008552635

Sore yang lengang itu ,di sebuah stasiun TV seorang presenter dalam sebuah reality show di stasiun TV di negeri ini berkata,” akusungguh tidak yakin apakah bapak Amri bisa bahagia dengankondisinya saat ini??” Dan kamera itupun menyoroti gubuknya yang reot dari bambu,motor sewaannya yang dia bawa sehari-hari untuk menjaja tahu,serta kondisi rumahnya yang lebih menyerupai kandang hewan karena beralaskan tanah.

Akupun,sebagai penonton,sama sekali tak ingin menyalahkan ataupun mengumpat hanya karena stetmen kecil bumbu dari tayangan yang ratingnya melambung itu.Aku cukup mengerti,hal-hal yang dramatis lebih dicintai mayoritas penonton negeri ini,seperti halnya naga terbang,ular bersayap yang ditunggangi dan melesat cepat di awan,dengan soundtrack India-nya yang aduhai,serta perebutan harta gono-gini yang menewaskan beberapa tokoh dalam sebuah sinetron.Subhanallah,rupa-rupanyatayangan semacam itu ratingnya amatlah tinggi.

Rupa-rupanya lagi,akal sehat kita terlalu banyak dicederai dengan materialisme yang seakan membawa ---kalopun tidak sepenuhn ya—sedikitnya saja,kita pada kebahagiaan yang kitainginkan.Yang kita cari-cari.

Pun dalam setiap kajian motivasi,buku-buku,film-film,tulisan-tulisan,seperti halnya tulisan beberapa teman di kompasiana,juga menyadarkan,menggugah,bahwa memang kebahagiaan hakiki itu dasarnya dengan rasa syukur pada kondisi yang ada.Menikmatinya.Yang pendeknya akalku memahami,hal itu hanya bisa diraih dengan keimanan dan ketakwaan.Sayangnya,meskipun sila pertama adalah ketuhanan yang Maha Esa,dengan limaagama yang diakui,bangsa ini bukanlah bangsa yang keseluruhan hidup dalam nilai-nilai religiusitas,meskipunsebagian masih dekat dengan kehidupan tradisional.

Bahagia.

Kadang,akupun mencari-cari.Karena banyak saja fakta yang ditangkap akal sehat ,yang bertentangan dengan nurani,dan akhrirnya pikiranku menyimpulkan sendiri,dan memilih sendiri,AKU BELUM BAHAGIA.

Baru ketika disadarkan pada suatu hal,bahwa bahagia adalah pilihan.Yang kita buat sendiri.Dan yakini sendiri.Sadari sendiri.Rasakan sendiri.

Aduhai bahagia.

Mencari bahagia memang tidak harus dengan akal sehat.Tapi nurani yang sehat.

Salam bahagia sampe tua,

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline