Lihat ke Halaman Asli

Strategi Indonesia Menyelesaikan Utang Luar Negeri (ULN): Kekayaan Alam yang Terlupakan

Diperbarui: 20 November 2024   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

by: Bruri Tumiwa*)

Utang luar negeri Indonesia terus menjadi polemik. Hingga kuartal III 2024, utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai USD 427,8 miliar, meningkat 8,3% dari tahun sebelumnya. Di tengah kondisi ini, Indonesia menghadapi dilema: terus bergantung pada utang atau memanfaatkan kekayaan alam yang berlimpah untuk membangun ekonomi yang mandiri.

Namun, apakah kekayaan sumber daya alam Indonesia hanya menjadi catatan statistik tanpa aksi nyata? Apakah kita hanya akan diam, menunggu waktu, hingga utang menjadi jerat permanen yang membatasi kedaulatan bangsa?

KEKAYAAN ALAM YANG TERABAIKAN

Indonesia tidak kekurangan potensi. Pada masa pemerintahan Joko Widodo, tiga aset tambang raksasa kembali ke Indonesia: PT Freeport Indonesia, Blok Rokan, dan Blok Mahakam. Ini adalah langkah strategis untuk mengamankan kendali atas sumber daya alam strategis. Namun, pengelolaan yang optimal masih menjadi tantangan.

Di Papua, Blok Wabu memiliki potensi emas senilai Rp 221 triliun, namun kebermanfaatannya bagi perekonomian nasional belum terlihat nyata. Begitu juga dengan cadangan gas bumi di Natuna dan Papua Barat, yang termasuk salah satu yang terbesar di dunia. Jika dikelola dengan tepat, potensi ini dapat menopang devisa negara secara signifikan.

Sayangnya, Indonesia sering kali hanya menjadi "tukang gali" yang mengekspor bahan mentah tanpa nilai tambah. Ini adalah pola pikir yang harus diubah jika kita ingin memanfaatkan kekayaan alam sebagai jalan keluar dari jebakan utang.

STRATEGI NYATA: JALAN MENUJU EKONOMI MANDIRI

Untuk melepaskan diri dari ketergantungan utang luar negeri, Indonesia harus menerapkan strategi konkret, seperti:

Hilirisasi Sumber Daya Alam
Menghentikan ekspor bahan mentah adalah langkah awal. Tambang, gas, dan hasil hutan harus diolah di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah. Hilirisasi tidak hanya meningkatkan pendapatan negara tetapi juga membuka lapangan kerja.

Optimalisasi Sektor Energi
Cadangan gas bumi yang melimpah harus dimanfaatkan secara maksimal. Investasi dalam teknologi pengelolaan gas dan minyak dapat meningkatkan kontribusi sektor ini terhadap pelunasan utang negara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline