Kondisi politik Indonesia semakin hari semakin panas. Dukungan yang berlebihan berujung pada umpatan bahkan mencaci pasangan lain. Tak anyal ketiga pasangan capres dan cawapres yang semestinya menjadi putra terbaik bangsa tahun ini menjadi bahan olokan yang tidak kunjung selesai. Pikiran sederhana sebenarnya kita bisa bertanya, "kalau kamu lebih baik dari mereka kenapa bukan kamu yang jadi capres atau cawapres." Faktanya saat ini sudah ada Paslon 1 Bapak Anies Rasyid Baswedan dan Gus Muhaimin. Paslon 2 ada Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabumi Raka. Paslon 3 ada Bapak Ganjar Pranowo dan Bapak Mahfudz MD.
Ketiga paslon ini sudah melewati perjalanan panjang. Mereka bukanlah orang yang baru hadir kemarin sore. Proses berorganisasi selama mereka menjadi mahasiswa dan pasca menjadi mahasiswa sudah mereka lewati. Pengalaman duduk di pimpinan pemerintahan seperti Wali Kota, Gubernur, Menteri, TNI sudah mereka lalui dengan baik. Kekurangan pastilah ada, dosa masa lalu juga pasti ada. Tapi mereka saat ini telah dipercaya oleh partai politik yang mewakili kelompoknya untuk niatan melakukan yang lebih baik bagi masa depan bangsa ini. Adakah orang jahat yang ada didalamnya. Saya berani menjawab tegas tidak ada. Kalaupun ada mereka akan mendapatkan dampaknya sendiri baik di dunia ini ataupun nanti di kehidupan berikutnya.
Fakta dilapangan tidaklah demikian. Berbagai rekam jejak digital sangat banyak ditemukan betapa banyak mereka yang mengomentari tidak baik. Kesalahan sedikit saja menjadi alat roasting yang luar biasa. Mereka seakan-akan ingin mengatakan bahwa capres cawapres itu harus bersih dari dosa. Tidak boleh ada kesalahan sedikitpun. Ingat mereka bukanlah Nabi yang maksum. Mereka adalah manusia biasa yang memang tempatnya khilaf. Namun demikian seorang pemimpin memang dituntut untuk berhati-hati baik dalam tindakan dan perkataannya.
Jadi teringat bagaimana Allah SWT sungghuh melarang makhluknya yang bernama manusia ini untuk saling menjelek-jelekkan satu dengan lainnya. Al Quran sangat tegas sekali mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam berkata dan berprasangkah. Wilayah hati, pikiran, dan tindakan menjadi perhatian Al Quran kepada manusia agar terhindar dari perbuatan tercela ini. QS Al Hujarat (49) ayat 11 Allah SWT berfirman yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim."
Ayat diatas sunggulah sangat tegas, eksplisit dalam memberikan bekal kehidupan yang damai. Tidak boleh sedikitpun kita merasa lebih baik dari orang lain. Mengolok-ngolok, melakukan ujaran kebencian bahkan memanggil dengan sebutan yang buruk seperti Kadrun, Cebong, dan lain sebagainya hanya semata-mata bertujuan untuk mempengaruhi orang lain atau justru hanya untuk kepentingan sesaat.
Akhirnya, tidak satupun manusia didunia ini yang tidak punya kesalahan. Tidak ada diantara mereka bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Indonesia merupakan negara bangsa yang sangat besar. Penduduknya lebih dari 270 juta jiwa. Maka sudah sepatutnya kita mengedepankan kehidupan harmony. Menjunjung tinggi perbedaan. Saling menguatkan. Kontentasi yang sehat. Pengaruhi rakyat dengan kedamaian. Maka Indonesia yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur yang artinya "Negerimu adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun" akan betul-betul kita capai.
Selamat berjuang para capres cawapres, para caleg, dan para calon anggota DPD. Semoga kebahagiaan menyertai kita semua.
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Malang. Anggota Dewan Pendidikan Propinsi Jawa Timur Periode 2022-2026.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H