Lihat ke Halaman Asli

Pejabat Jangan Aktif di Sosial Media Kalau Tidak Punya ini

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Wabah kepopuleran  social media,  menjadikan social media satu hal penting dalam berkomunikasi,baik untuk berinteraksi dengan pelanggan bagi mereka yang berdagang, pencitraan para pejabat Dll.  Sosial Media Sedikit banyak mempunyai adil besar dalam dunia perpolitikan kita, Tak hayal Saat ini pejabat negara  sedang tren membuat akun di media sosial  dengan tujuan agar  bisa menjajalkan dagangan politiknya dan  lebih  bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat  dengan harpan masyarakata akan mendukungnya.tapi hal ini tidak selalu sesuai dengan apa yang mereka harapkan,malah sebaliknya kerap kali ada ketegangan yang terjadi antara kedua pihak.Oleh sebab itu sebelum actif di social media para pejabat/ publik figur  harus belajar bagai mana beinteraksi di social media.

Ada empat hal yang harus di miliki para pejabat untuk terjun ke dunia social media, Yaitu content (isi), context (situasi), culture (budaya) dan channel (saluran).kalau kempat unsur ini tak bisa di sinergikan yang ada hanya ketegang-ketegangan yang akan terus meruncing.

Isi pernyataan yang baik dan bagus tapi di sampaikan dengan kontex yang kurang pas,kemudian di salurkan lewat saluran yang tidak tepat, serta di respon orang-orang yang mempunyai latar budaya yang berbeda maka akan menghasilakan komunikasi yang beruk dan ketegangan.

satu contoh pernyataan yang dianggap negative di sosial media, adalah pernyataan Ibu Ani Yudhoyono,soal banjir, Ibu Ani sempat memberikan pernyataan bahwa persoalan banjir semestinya tidak ditujukan kepada beliau namun ditujukan kepada Ibu Jokowi atau Ibu Ahok.pernyataan ini relatif normal tapi karena di sampaikan pada saluran serta budaya yang pas, sebagai conto saat ada pertemuan pejabat negara bukan lewat socoal media,Sayangnya, pernyataan tersebut disampaikan di media sosial. Padahal  media sosial merupakan sebuah ruang publik yang sangat luas. setiap pernyataan akan diterima  dan di respon oleh berbagai kalangan dengan latar belakang budaya yang berbeda. untuk itu setiap orang yang terjun actif di dunia social media harus benar-benar memahami medan komunikasi dari social media itu. content yang sebenarnya relatif positif bisa jadi negatif. Karena disampaikan dalam context, culture dan channel yang tidak sesuai. "Sama halnya dengan membuat seseorang seperti melakukan bunuh diri komunikasi social media.

kalau kita  ingin tetap aktif di dunia sosial media  dan pengen  memiliki komunikasi yang luas maka kita yang harus membatasi diri untuk tidak memancing agresifitas orang lain. Karena dalam media sosial adalah tempat bergabungnya orang dengan berbagai karakter dan budaya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline