Lihat ke Halaman Asli

Pemilu 2014, Serangan Fajar Tidak Efektif, Ini Modus Terbarunya

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelompok gabungan dari Panwaslu dan lembaga swadaya masyarakat, menyatakan menolak prkatik politik uang dalam pelaksanaan Pemilukada DKI Jakarta, pada aksi di Bundaran Hotel Indonesia di tahun 2012. (KOMPAS.com/Lasti Kurnia)

[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Kelompok gabungan dari Panwaslu dan lembaga swadaya masyarakat, menyatakan menolak prkatik politik uang dalam pelaksanaan Pemilukada DKI Jakarta, pada aksi di Bundaran Hotel Indonesia di tahun 2012. (KOMPAS.com/Lasti Kurnia)"][/caption]

Aroma pemilu yang akan berlangsung 09 april 2014 kini memasuki babak baru, kalaudua minggu yang lalu para timsukses calon dan partai berusaha untuk mengumpulkan orang dalam rangka ujuk kekuatan di kampanye terbuka, kali ini Timsukses Partai lebih-lebih timsukses calon berusaha untuk menggolkan calon yang di gadang-gadangnya, Strategi-strategi barupun sekarang sudah berkembang dan terendus oleh masyarakat, kalau pada pemilu-pemilu sebelumnya para calon dalam meraih suara rakyat mereka menerapkan serangan fajar, kayaknya pada pemilu kali ini serangan fajar sudah tidak begitu berlaku lagi. Karena trik itu di anggap buang-buang duit, dan tidak begitu efektip.

Ada beberapa trik politik yang selalu di gunakan oleh para politikus, yang pertama politik bagai mana dia mempengaruhi orang dengan ragumen-argumenya dan orang itu mau ikut dengan sukarela hal ini biasanya terjadi pada dan di lakukan kepada mereka yang berpendidikan dan berpengetahuan kata lain politik ini di gunakan padakalangan menengah atas,yang kedua bagai mana politikus mempengaruhi orang dengan argumennya-argumenya dan orang yang di pengaruhi tidak menyadarinya, hal seperti ini biasanya menyasar kepada mereka yang berpendidikan nanggung, contohnya kayak saya ini serta kelas menengah kebawah dalam hal pendidikannya. Yang ketiga adalah politik kekuasaan, cara-caraini biasanya di lakukan oleh orang yang punya jabatan, dengan jabatanya dia akan menaku-nakuti orang dan imbasnya orang itu akan ikut pilihanya karena rasa takut. Yang keempat yang sekarangmarak dan sering terjadi pada kancah perpolitikan kita adalan politik uang dalam istilah kerenya money politic.Politik uang bak cerita tak berujung,walau kehadirannya sunguh-sungguh dilarang dan melanggar konstitusi tapi secara terang-terangan dalam istilah tau sama tau praktek ini terus berjalan , walau hukum yang berlaku pemberi dan penerima akan mendapat sangsi pidana. Hal ini seakan tak mempengaruhinya. Karena mereka menganggap kalau mereka tertangkap itu hanya akibat nasib buruk saja.

Money politik memang masih menjadi trend dalam pemilu kali ini, akan tetapi caranya sudah sedikit modern, dari Desas-desus yang berkembang di daerahku, serangan fajar kali ini tidak ada, para pencari kekuasaan alias caleg dan tim suksesnya seakan sudah tau kalau kemaren-kemaren dia buang duit banyak akan tetapi suara tidak signifikan. Menyadari kesalahannya tersebut maka Timsukses sama caleg banting setir pakai cara money politik yang baru, alias ngejreng, sekarang mereka memanfaatkan teknologi untuk hal tersebut. Mereka tidak segan-ssegan untuk mengeluarkan lebih gede demi satu suara. Karena dengan cara ini sudah pasti suaranya yang mereka dapet.

Ini trik baru yang mereka lakukan, saat pencoblosan tim sukses dalam satu tps minimal caleg akan mengutus tiga orang, orang yang pertama akan berada di jalan-jaln sekitar para pemilih brangkat, mereka akan menawari iming-iming kepada pemilih, untuk memilih jagoaannya, akan tetapi uangnya tidak akan di berikan saat negosiasi tersebut, Para pemilih yang sudah di daftar tersebut kalau mau mengambil uang money politiknya, harus memberikan bukti, apa bukti yang mereka pinta, dengan adanya teknologi tinggi para timsukses caleg ini minta bukti berupa PHOTO saat di TPS, apa bener yang di coblos tersebut memang calonya atau tidak. Dengan kata lain saat mencoblos para pemilih yang mau duit harus memfotho apa yang di coblos. Setelah selesai pemilih tersebut saat mengambil uang menunjukan bukti tersebut, kalau tidak ada bukti maka timsukses tidak akan memberi imbalan, meneurut desas-desus yang ada saat ini uang untuik satu pemilih berkisar antar lima puluh ribu s/d seratus limapuluh ribu.

Sekarang tugas berat di emban oleh panwaslu, panwaslu harus jeli dalam menyikapi modus baru yang sekarang sedang trend di kalangan tim sukses dan caleg, bukan lagi serangan fajar akan tetapi mereka lebih canggih dengan dengan trik barunya, memanfaatkan teknologi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline