Lihat ke Halaman Asli

Perawat Pemberantas Desa Buta Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Diperbarui: 5 Juni 2023   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Gambar 1: Kegiatan BHD Di Car Free Day (CFD) 26 Juni 2022 di Cijantung-Jakarta Timur/Dokpri)

Kasus kematian mendadak di rumah atau pre hospital akibat penyakit jantung masih sangat menghantui setiap anggota keluarga di rumah. Terlebih lagi dengan kasus anggota keluarga yang memiliki penyakit ataupun faktor resiko akibat penyakit jantung. 

Banyak sekali angka pertolongan awal yang telat pada fase pre hospital, sehingga pada tahap berikutnya memperburuk keadaan dan kondisi orang yang mengalaminya. 

Penjelasan lebih lengkap berikutnya menggambarkan angka kejadian kematian akibat penyakit kardiovaskular atau berhubungan dengan jantung. Pentingnya bantuan hidup dasar dan alur melakukan bantuan hidup dasar yang mudah dimengerti masyarakat, sehingga membuat banyak perawat tergerak hatinya untuk memberi edukasi dan praktik gratis ke desa-desa. 

Sejumlah kasus telat di bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan sering ditemui pada unit IGD Rumah Sakit. Bahkan kasus D.O.A (Death On Arrival) sangat banyak dijumpai. Menurut beberapa literatur baik dari penelitian ataupun jurnal-jurnal ilmiah mengatakan fase golden period dalam penanganan kasus henti jantung berlangsung sangat cepat, yaitu kurang dari 10 menit. (Mubarak et al., 2021).

Penyakit kardiovaskuler seperti jantung, kanker, stroke, gagal ginjal tiap tahun terus meningkat dan menempati peringkat tertinggi penyebab kematian di Indonesia terutama pada usia-usia produktif. Data Riskesdas menunjukkan prevalensi penyakit kardiovaskular seperti hipertensi meningkat dari 25,8% (2013) menjadi 34,1% (2018), stroke 12,1 per mil (2013) menjadi 10,9 per mil (2018). 

Sedangkan penyakit jantung koroner tetap 1,5% (2013-2018), penyakit gagal ginjal kronis, dari 0,2% (2013) menjadi 0,38% (2018) dengan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, DIY 2%, Gorontalo 2%. Selain ketiga provinsi tersebut, terdapat pula 8 provinsi lainnya dengan prevalensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi nasional. 

Delapan provinsi tersebut adalah, Aceh (1,6%), Sumatera Barat (1,6%), DKI Jakarta (1,9%), Jawa Barat (1,6%), Jawa Tengah (1,6%), Kalimantan Timur (1,9%), Sulawesi Utara (1,8%) dan Sulawesi Tengah (1,9%).(Kementerian Kesehatan RI, 2018).  

Perawat menyikapi semakin banyaknya kasus kematian karena penyakit jantung, berharap untuk setiap anggota keluarga terdapat minimal 1 orang didalamnya. Dengan begitu ketika terjadi kondisi darurat medis dapat bergerak dengan cepat dan tepat dalam penanganannya. (IDI) juga menyebut terdapat sekitar 17 juta kematian per tahun akibat penyakit kardiovaskular dan merupakan 31 persen dari seluruh total kematian di dunia. 

Angka ini diprediksi akan terus meningkat hingga 23 juta kematian per tahun di 2030. (Nugroho & Muhammad, 2022). Untuk menyikapi fenomena yang ada dengan belum tercukupinya SDM perawat dalam memenuhi harapan setiap perawat dalam dalam setiap anggota keluarga di Indonesia, sejumlah pionir perawat dalam Hipunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) menggagas kegiatan sosial berantas buta bantuan hidup dasar bagi masyarakat. Kegiatan tersebut menjangkau seluruh lapisan masyarakat baik daerah ataupun perkotaan secara terintegrasi.

Bantuan hidup dasar sangat berperan penting ketika terjadi kondisi yang mengancam jiwa apabila tidak dilakukan tindakan segera secara cepat dan tepat. Nilai dasar kepedulian perawat dalam melakukan kegiatan preventif dan promotif kesehatan pada kegiatan berantas buta bantuan hidup dasar menjadi nilai dasar keprofesionalan seorang perawat pada pengabdian masyarakat. (Berman et al., 2022). 

Melihat beberapa fenomena masal yang terjadi di Kanjuruhan, setelah ratusan orang terhimpit berdesakan timbulah kondisi mengancam nyawa yakni henti napas dan henti jantung. Kondisi ini diperparah dengan minimnya informasi dan edukasi mengenai bantuan hidup dasar sehingga dengan terbatasnya SDM fasilitas kesehatan yang ada tidak mampu memberikan bantuan hidup dasar maupun lanjutan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline