Lihat ke Halaman Asli

Puisi di Desa Sepi

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Bila rumahrumah sudah kosong
sawah tak lagi rindang dari tetanaman
maka dilema telah merajalela
sekarat dalam biduk nasi dan nampan prasasti

hujan adalah kidung menakutkan
berkerudung kabut hitam, menjilat
cipta nada ngeri, di sekujur tubuh pertiwi
genangan luka, nganga, menjelma
tangisan demi tangisan yang hentak, meronta

bermaksud terbang pada singgasana rapuh
istana ulatulat yang geliat pada tepi undangundang
denting piano sansai, lebur sukma
negeri yang bersimbah darah pahlawan
catatan kematian di ujung para penulisnya

ah, masih sunyi dan perih yang binasa
melukis malam sepi di desadesa, mati
lampu temaram karbitan telah lukai nurani
setiap bayang muncul dari persegi empat
seperti ketupat, ajarkan estetika mengumpat

ah, sepi masih tema pertunjukannya
hantarkan kepedihan
berikan keluguan
hitam dan putih
lalu, semua memilih suara

: Teriak !!!

Moncek Tengah, 7 Januari 2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline