Pergeseran dari pembelajaran tatap muka ke pembelajaran berbasis internet mendorong para peneliti dan cendekiawan untuk menyelidiki pendekatan baru dan menemukan teori baru dalam pembelajaran. Hal tersebut memunculkan konsep konektivisme yang menjelaskan fenomena pembelajaran saat ini, dimana pembelajaran tidak hanya di dalam kelas tetapi juga menggunakan internet sebagai media utama dan sumber belajar yang menjadikan keragaman pendapat sebagai sumber informasi pengetahuan dan pembelajaran.
Teori konektivisme adalah teori pembelajaran yang mengasumsikan bahwa pengetahuan ada dalam sistem yang dapat diakses oleh orang-orang yang terlibat dalam aktivitas. Dengan kata lain, pengetahuan dan pemahaman didistribusikan ke seluruh jaringan manusia dan teknologi. Salah satu ciri konektivisme adalah penggunaan jaringan koneksi untuk pembelajaran. Dalam konektivisme, pembelajaran terjadi ketika peserta didik terhubung dalam komunitas belajar dan memberikan informasi yang bermakna kepada mereka. Komunitas belajar adalah jaringan individu yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Konektivisme melihat pembelajaran sebagai proses membuat koneksi dan mengembangkan jaringan. Meski pada kenyataannya, tidak semua sambungan memiliki kekuatan yang kokoh. Ada beberapa prinsip konektivisme, yaitu:
1) Pembelajaran dan pengetahuan terletak pada keragaman pendapat;
2) Belajar adalah proses menghubungkan sumber-sumber informasi untuk menemukan konsep;
3) Pembelajaran dapat berlangsung dalam perangkat non-manusia;
4) Kemampuan mencari informasi menjadi lebih penting daripada informasi itu sendiri;
5) Pemeliharaan relasi dan refrensi diperlukan untuk memfasilitasi pembelajaran berkelanjutan;
6) Kemampuan melihat hubungan antara ide dan konsep merupakan keterampilan yang mendasar;
7) Tujuan pembelajaran adalah keakuratan dan inovasi informasi,