Lihat ke Halaman Asli

Briyan Arfanda

Mahasiswa D3 Perpustakaan Universitas Airlangga

Kapan Persoalan Sampah di Indonesia Usai?

Diperbarui: 20 Juni 2022   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah, Sumber ilustrasi : Padangkita.com

Persoalan sampah di Indonesia seakan tidak ada usainya. Bau menyengat dan keberadaanya yang berserakan di sungai dan lingkungan sekitar menjadi bukti bahwa persoalan sampah di Indonesia masih jauh dari kata usai. Melihat semakin parahnya masalah sampah di Indonesia, agaknya pemerintah sudah harus mempercepat perbaikan sistem pengelolaanya dan masyarakat juga harus meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah sampah di lingkungannya.

Berdasarkan penelitian dari University of Georgia pada tahun 2010 menunjukkan bahwa terdapat 3,22 juta ton sampah plastik tidak terkelola dalam setahun dan sekitar 14 sampai 40 persennya diduga berkontribusi atas tercemarnya laut. Indonesia juga memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah tersebut diduga mencemari lautan. Kemudian, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya menyampaikan bahwa ada sekitar 67,8 juta ton sampah yang dihasilkan pada tahun 2020 dan kemungkinan akan terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk. Hal ini juga turut diperburuk dengan fakta bahwa banyak lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sudah penuh, terutama di kota-kota besar.

Dampak negatif yang ditimbulkan dari pengelolaan sampah yang buruk adalah dapat merusak pemandangan, sampah juga dapat menyebabkan masalah kesehatan serius karena perkembangbiakan bakteri serta peningkatan populasi hewan pengerat yang tentunya akan membuat kualitas lingkungan di Indonesia menurun. Membuang sampah sembarangan akan mencemari lingkungan kita dan secara signifikan mengurangi penggunaan, kenikmatan, dan nilai tempat-tempat umum kita. Hal ini membuat lingkungan tampak kotor dan tidak terawat, dan membuat banyak orang jadi tidak nyaman. Tak hanya masalah kenyamanan dan keindahan, sampah yang dibuang di jalan, di sisi jalan, atau di mana pun, dapat tersapu atau terhempas ke sungai dan aliran air lainnya, mencemari tanah, saluran air, dan lingkungan yang ada di dalamnya. Dampak buang sampah sembarangan bukanlah hal yang bisa disepelekan. Karena sampah yang bertebaran inilah banjir bisa terjadi, kehidupan hewan terganggu, dan kesehatan manusia terancam.

Secara keseluruhan, sampah dapat dikatakan sebagai salah satu problema pelik di Indonesia, sehingga untuk menyelesaikannya diperlukan kolaborasi semua pihak. Dalam hal ini, pemerintah harus mengupayakan yang terbaik untuk terus memperbaiki pola pengelolaan sampah dan masyarakat juga harus lebih peduli dengan tidak membuang sampah sembarangan. Hal ini perlu diiringi pula dengan kesatuan paham antar instansi.

Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Sistem landfill yang sekarang digunakan bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan dapat menimbulkan masalah lingkungan. Alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam.

Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru. Pertama sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini.

Kedua Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan sampah di negara berkembang.

Ketiga sistem untuk penanganan sampah organik seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan nutrisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat mensuplai industri.

Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip-prinsip Produksi Bersih adalah prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan oleh masyarakat dalam keseharian misalnya dengan menerapkan Prinsip 4R yaitu:

  • Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
  • Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
  • Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
  • Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong kresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline