Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa (KKN) Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG SBY) dari Kelompok R03 Sub Kelompok 5, Inovasi Baru untuk Mengatasi Limbah Kulit Pisang

Diperbarui: 19 Juli 2024   00:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama Mitra Setelah Pelatihan Pembuatan Bubuk dan Minuman Antioksidan dari kulit pisang/Dokpri

Desa Kalikatir, Kecamatan Gondang, yang terletak di lereng gunung dengan pemandangan alam yang memukau, kini sedang menjadi pusat perhatian berkat inovasi terbaru dalam pemanfaatan limbah pertanian. Kulit pisang, yang selama ini dianggap sebagai limbah dan tidak memiliki nilai jual, kini diubah menjadi bubuk minuman antioksidan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Inovasi ini dikembangkan oleh kelompok masyarakat setempat dengan dukungan dari sub kelompok 5 KKN Untag Surabaya, yang telah melakukan penelitian intensif dan eksperimen di desa ini.

Ketika tiba di Desa Kalikatir, suasana desa yang tenang dan asri langsung menyambut,, Petani sibuk dengan aktivitas sehari-hari mereka, sementara itu, Kelompok Mahasiswa KKN Untag Surabaya berdiskusi mengenai permasalahan pengolahan pisang yang biasanya hanya dibuat menjadi keripik pisang saja, sehingga dari permasalahan tersebut Mahasiswa KKN Sub Kelompok 5 Reguler 3 Untag Surabaya menemukan solusi sekaligus inovasi dengan menjadikan kulit pisang memiliki nilai ekonomis.

"Kami melihat potensi besar dari kulit pisang yang selama ini tidak dimanfaatkan dengan optimal. Padahal, kulit pisang mengandung banyak nutrisi dan antioksidan yang baik untuk kesehatan," ujar Sunarti, salah satu anggota Sub Kelompok 5 KKN Untag Surabaya. Ia menjelaskan bahwa ide ini muncul setelah melihat banyaknya kulit pisang yang hanya dibuang begitu saja atau dijadikan pakan ternak.

Proses pembuatan bubuk minuman antioksidan ini ternyata cukup sederhana namun membutuhkan ketelitian. Pertama-tama, kulit pisang dikumpulkan dari para petani yang telah membersihkannya dari sisa-sisa bahan kimia. Kemudian, kulit pisang tersebut dipotong kecil-kecil dan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering sempurna. Setelah itu, kulit pisang yang telah kering disangrai terlebih dahulu, lalu digiling hingga menjadi bubuk halus, kemudian bubuk ini disaring untuk memastikan teksturnya benar-benar halus dan siap diolah lebih lanjut.

"Kami juga melakukan beberapa percobaan untuk memastikan bahwa bubuk minuman ini aman dikonsumsi dan memiliki kandungan antioksidan yang tinggi," tambah Mahilda, rekan Sunarti yang juga terlibat dalam program kerja ini.

Selain itu, sub kelompok 5 KKN Untag Surabaya juga melibatkan masyarakat setempat dalam setiap tahap pengembangan produk ini. Mereka memberikan pelatihan kepada para Mitra Petani tentang cara mengolah kulit pisang menjadi bubuk minuman. Ini bertujuan agar setelah masa KKN selesai, masyarakat dapat melanjutkan produksi secara mandiri dan terus mengembangkan produk ini.

"Awalnya, kami ragu apakah produk ini akan diterima oleh pasar. Namun, setelah melakukan beberapa uji coba dan memberikan sampel kepada masyarakat, responsnya sangat positif,"kata Britney dengan penuh semangat. Menurutnya, banyak yang terkejut dengan cita rasa bubuk minuman ini yang enak dan manfaat kesehatannya.

Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari dukungan pemerintah daerah Kecamatan Gondang. Kepala desa Kalikatir, Bapak Sumaji, mengaku bangga dengan inovasi yang dilakukan oleh warganya bersama mahasiswa KKN. "Kami selalu mendukung kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inovasi ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga meningkatkan pendapatan petani," ujarnya saat ditemui di kantor desa.

Pengembangan bubuk minuman antioksidan dari kulit pisang ini tidak hanya memberikan dampak ekonomi yang positif, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan lingkungan. Para petani kini memiliki alternatif sumber pendapatan dan limbah kulit pisang yang sebelumnya hanya dibuang kini memiliki nilai tambah. Ini merupakan contoh nyata bagaimana kreativitas dan inovasi dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.

Salah satu petani, Pak Makin, mengaku sangat terbantu dengan adanya inovasi ini. "Dulu, kulit pisang hanya kami buang atau berikan ke ternak. Sekarang, kami bisa menjualnya dan mendapatkan tambahan penghasilan," ujarnya dengan senyum lebar. Pak Makin berharap agar produksi bubuk minuman ini bisa terus berkembang dan membawa manfaat yang lebih besar bagi masyarakat desa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline