Lihat ke Halaman Asli

Anggota DPR Membolos Agar Populer

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selain geng alay dan geng motor, anggota DPR merupakan kelompok masyarakat berkebutuhan khusus yang amat sering dibicarakan di negeri ini. Kalau geng alay terkenal karena gerakan pemberontakan fashion-nya, dan geng motor terkenal karena gaya hidup koboinya, geng DPR ini terkenal karena sering bolos rapat dan hobi mangkir dari kerjanya. Sialnya lagi, mendekati pemilihan legislatif 2014, kelakuan para pembolos itu semakin menjadi-jadi.

Hari Rabu tadi (5/3/14) Rapat Paripurna DPR RI batal digelar, dan keputusan tentang Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTWP) gagal diambil. Dari 560 anggota DPR yang seharusnya hadir untuk melakukan voting, hanya ada 296 anggota yang tercatat di daftar presensi dan hanya ada sekitar 100 anggota yang terlihat wujudnya di ruang rapat. Padahal, jubah gaib Harry Potter belum pernah diproduksi secara massal.

Selain karena alasan malas, bukan rahasia juga bahwa geng DPR ini banyak membolos karena sibuk maju lagi sebagai caleg. Banyak di antara mereka yang meyibukkan diri dengan acara kampanye di daerah pemilihan (dapil) masing-masing.  Oleh karena itu, wajar jika kemudian Badan Kehormatan (BK) DPR sekarang makin sering mengancam-ancam. Salah satu isi ancamannya adalah memberikan sanksi sosial bagi para pembolos dengan mengumumkan nama-namanya di media massa nasional.

Sayangnya, ancaman tersebut dirasa tidak menyeramkan bagi sebagian anggota “geng absen” yang terhormat itu. Berdasarkan laporan hasil penyadapan yang dilansir oleh sebuah badan intelijen swasta, ada sebagian anggota DPR yang malah merasa senang seandainya mereka kejatuhan sanksi tersebut. Berikut adalah pernyataan “oknum jagoan geng” yang berhasil terekam saat sedang mengomentari wacana sanksi sosial dari BK:

“Ya bagus, dong, kalau diumumin. Nama kita (bisa) cepet naik. Masalah sentimen publik itu permainannya. Kan bisa kita bilang serangan politik, pencemaran nama baik itu.”

Konyol? Jelas konyol. Kalau tidak konyol, mana berani dia bolos-bolos rapat. Kalau tidak konyol, mana berani dia mangkir dari kerjanya dan membuat citra senayan jadi mirip markas tempat tukang bual. Konyol.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline