Lihat ke Halaman Asli

Rona Cinta dalam Kepedihan

Diperbarui: 27 November 2024   03:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rona Cinta dalam Kepedihan

   Jika bisa kuceritakan semua yang kurasakan ingin sekali ku katakan padamu. Tapi bagaimana masa lalu mengubah kita menjadi asing sehingga satu pun emosiku tak ada yang bisa kuberitahukan padamu. Tangisku tentangmu tidak lagi begitu menyakitkan untukku. Rasanya sekarang aku benar-benar tidak memiliki segumpal harapan untuk hubungan kita. Akankah kau merasakan hal yang sama? Atau sebaliknya? Begitu aku bertanya dalam diam.

   Kisahku ini adalah kisah 10 tahun yang lalu. 3 tahun kujalani hubungan dengan penuh cinta dan lika-liku permasalahan hingga berakhir menjadi manusia yang saling asing, adalah pelajaran besar untukku. Perjalanan hubungan kami bukan tanpa dasar, tetapi ada cinta yang tumbuh selama kami bersama-sama selama 10 tahun berteman. Ardyto, teman kecilku, aku dan Ardyto memiliki berjuta-juta kenangan indah sampai yang pahit sekalipun. Aku tahu betul apa yang disukai Ardyto hingga yang ia benci. Aku benar-benar memiliki perasaan pada Ardyto selama 10 tahun berteman tanpa Ardyto sadari. Lambat laun Ardyto benar-benar memastikan perasaanku padanya, dan begitu terkejutnya aku setelah mengetahui bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama.

   Kami tidak begitu saja memutuskan pertemanan, kami memilih memutar jalan yang berbeda untuk tidak bertemu dalam situasi cinta. Ya, kami diam-diam dari teman yang lain. Ardyto maupun aku menjalin hubungan nano-nano itu selama 3 bulan hingga akhirnya aku menembaknya untuk menjadi pacarku. Bagaimana bisa kukatakan dengan lancar saat itu? Bukankah memalukan. Ardyto dengan kesadaran penuh mengiyakan dengan segenap rasa canggung sebagai teman menjadi pacar. Bukan bahagia atau menjalin mesra hubungan kami setelah kutembak per 07 November 2021, yang kita lakukan justru bermalu-malu kucing dan tidak saling menyapa. Dua kucing yang masih malu-malu itu berlanjut hingga 3 bulan usia pacaran kita. Sampai akhirnya kami berani untuk mempublikasikan dan bertukar kata di depan umum. Siapa sangka Ardyto kecil itu menjadi milikku sekarang. Bahagia dan senyum di masing-masing pipi kami menjadi kenangan indah yang tak lagi bisa diulang. Usia belia saat itu membuat kita merasa hanya ada bahagia saja.

   Hingga 5 bulan usia kami, Mamah tahu. Bagaimana reaksinya? Jelas dia melarang dan bersikeras membatasi aku berteman dengan Ardy. Galau merana dan perasaan gelisah menyelimutiku setiap hari. Dengan angan dan ingin kuat, aku menjalin kembali hubungan dengannya. Aku mulai membohongi Mamah untuk bertemu Ardy. Sampai suatu hari Mamah membolehkan aku dan Ardy menjadi teman dekat. Ardy dan aku jadi lebih nyaman main di rumahku. Terkadang aku sangat menyayangi Ardy sebagaimana dia menjadi pahlawan dalam hidupku. Bagaimana dia membela aku saat dirinya juga mendapat makian dari Mamah. Tapi dia bertahan sampai Mamah menerima dia. Menurutku Ardy menjadi satu-satunya peran penting setelah Mamah dalam hidupku. Pikirku saat itu Ardy selalu bisa menjaga, melindungi, dan membahagiakanku. Itu sebabnya cintaku tak habis-habis meski sudah 12 tahun mengenalnya.

   Dua tahun usia kami terasa begitu cepat dengan banyaknya kisah romantis dan dramatis yang kita lalui. Pada saat itu aku percaya kami benar-benar menjadi utuh bila kami bertahan sampai sejauh ini. Tahun kedua menjadi lebih ceria dibanding tahun pertama. Tidak ada masalah yang signifikan yang membuat kami pusing. Hingga aku sampai pada titik mengetahui aib buruk Ardy, rasanya diriku benar-benar tidak menyangka mendapati Ardyto seperti itu. Aku hancur habis-habisan, tangis dan emosiku tersulut tanpa ampun padanya. Ini bukan perselingkuhan namun lebih menjijikkan daripada itu. Kejadian itu terjadi saat kami sedang senang-senangnya, bagaimana tidak bergetar tanganku saat tak sengaja aku mengetahui aib Ardyto di belakangku? Jangan menebak-nebak apa yang ia lakukan. Aku hanya tidak mau menyebar dosa. Entah air mana yang memadamkan api panas itu, aku kembali menjalin hubungan dengannya. Aku menyangkal fakta-fakta dan rasanya aku tidak bisa hidup tanpa dia.

   Dibanding aibnya, lebih banyak hal baik yang ia lakukan padaku, pikirku saat itu. Mungkinkah untukku sekarang bertahan jika mengetahui aib terburuknya? Jelas tidak. Kami memulai semuanya dengan baik dengan menutup hal-hal buruk kemarin, dengan segenap usaha dan tenaga yang ku keluarkan, kami menghasilkan tawa dan bahagia kembali. Mungkin pada saat itu orang lain berpikir kami adalah pasangan yang sempurna. Kami saling menjaga, setia, dan bahagia. Namun apa mereka tahu sesuatu yang lain di baliknya? Hal-hal sedih yang kami tak bisa ceritakan saat itu. Bahagia kami tidak bertahan lama melainkan dihampiri petaka. 

   Saat kami menuju 3 tahun aku tak menyangka masalah pacaran begitu kompleks dan signifikan. Aku mengetahui ibunya tidak menyukaiku, mulai dari ia melarang Ardyto pacaran hingga mencibirku kesana kemari. Rasanya aku seperti dibohongi Ardy, dia tidak pernah mengatakan apapun tentang ibu dan keluarganya yang tidak setuju denganku sampai akhirnya kudengar dari orang lain. Sejak itu, Ardy memperlakukan aku sebagaimana ibunya melarangnya. Dia mulai menyembunyikan aku di depan orang lain terutama lingkungan rumahnya. Hingga hal-hal seru yang tidak bisa kami lakukan lagi. Kami jadi jarang bertemu dan tidak lagi Ardy berkunjung ke rumahku. 

   Perasaanku saat itu hanya, mengapa ini terjadi padaku? Bukankah ini masalah yang terlalu sulit dan berlebihan. Aku tak sedikit pun malu menangisi hal seperti ini. Aku sangat tersakiti, sakit dan sakit yang kurasa. Ardy benar-benar baik kau tahu? Dia selalu meminta maaf bila keluhanku tentang ibunya padanya. Aku tak segan mengadukan apa yang ibunya bilang tentang aku dan keluargaku ke orang lain. Aku menyampaikan bagaimana tersayatnya hatiku dengan bibir dan kata-kata yang keluar dari bibirnya. Bukan berlebihan tapi itu benar-benar menyakitkan. Mungkin tidak akan terasa sakit jika ibu hanyalah tetanggaku. Namun ibu adalah ibu Ardyto, orang yang aku sayang. 

   Dari WhatsApp-ku diblokir dan TikTok-ku selalu diawasi itu membuatku tidak nyaman. Jujur aku tidak apa-apa tidak disukai olehnya selama Ardyto terus baik dan membela aku. Namun sayangnya kejadian tak terkira selalu datang terus menerus. Ardy selalu ketahuan setelah kencan denganku. Hingga puncaknya, HP Ardy dibanting yang mana itu hasil nabung dia selama 1 tahun. Ini sudah tidak masuk akal buat aku. Kalian (keluarga Ardy) berlebihan menanggapi aku dan Ardy. Ardy benar-benar terpukul sampai akhirnya kata-kata itupun terucap padaku. "Mari kita sudahi, aku minta maaf," ketik Ardy padaku dengan handphone miliknya yang lain. Bukan lagi terkejut tapi bulu kudukku merinding semua. Tak terkira Ardy orang yang paling aku percaya menjadi segalanya untukku dan orang yang selalu meyakinkan aku bahwa kita akan bersama setelah banyaknya masalah yang kita lalui, mengatakan hal seperti itu. Ardy menyerah dan mengatakan tidak mampu melanjutkannya lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline