Lihat ke Halaman Asli

Brillianto Adhie

Mahasiswa Ilmu Politik UNAIR

Moderasi Beragama sebagai Penyejuk Kerukunan Umat

Diperbarui: 5 Januari 2022   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara moderasi beragama ada beberapa hal yang penting yang bisa dikemukakan mengapa kemudian ada korelasi dengan Islam dan kerukunan umat beragama. 

Moderasi beragama didapat dipahami sebagai cara pandang, sikap, dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah-tengah, selalu bertindak adil, dan tidak ekstrem dalam beragama. Melihat realitas Indonesia, moderasi beragama sesuai dengan konteks bangsa. Pertama, bahwa kita ditakdirkan hidup di Indonesia yang oleh Tuhan Yang Maha Esa menjadi bangsa yang majemuk. Bangsa yang baik agama maupun etnik jadi toleransi dan kerukunan adalah suatu takdir yang harus dilestarikan bersama. 

Kedua, sebagai umat beragama di Indonesia tentu saja agama memegang peranan yang penting sekali. Tanpa agama, Indonesia tidak akan mempunyai jati diri. Ketiga, selama ini kita sudah merasakan bahwa agama mempunyai dampak yang positif atau kontribusi yang positif terhadap pembangunan bangsa. Ini yang menjadi alasan mengapa kita terus untuk dapat menciptakan moderasi beragama yang baik sehingga menciptakan kerukunan yang dapat mengembangkan kerangka Islam wasathiyah menjadi nilai hidup.

Mengapa moderasi beragama digaungkan tentu karena terkait dengan konteks dunia yang mengalami perubahan-perubahan yang luar biasa. Globalisasi menjadikan kita tidak lagi punya batasan-batasan baik berdasarkan wilayah administratif atau wilayah geografis. Dengan globalisasi semua telah menjadi warga dunia. Artinya secara langsung maupun tidak langsung kompetisi hidup ini akan semakin keras. Persaingan atau kompetisi hidup itu karena sekarang kita menjadi warga dunia. 

Apalagi dengan perkembangan teknologi yang luar biasa. Sehingga dalam menjalani kehidupan yang kompetitif tidak terhindarkan dari orang melakukan tindakan-tindakan yang tidak semestinya. 

Dan agama sebagai nilai sekaligus norma yang menjadi pedoman hidup menghadapi tantangan atau bahkan lebih lanjut agama bahkan dapat diperalat menjadi alat untuk agregasi kepentingan. Kepentingan dari para pihak yang sedang berkompetisi sampai kemudian ada istilah politisasi agama dan adalah realitas yang hadir secara eksternal. 

Dalam konteks keindonesiaan, sebagai bangsa yang plural, terdapat kemajemukannya dari spiritualitasnya (agamis). 

Indonesia merupakan negara atau bangsa yang tidak sekuler tetapi juga tidak berdasarkan pada agama tertentu. Indonesia adalah negara yang agamis artinya meletakkan agama sebagai sebuah nilai dan norma yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bangsa. Sehingga agama menduduki posisi yang luar biasa vital dalam Indonesia. Memahami agama sekaligus mengamalkan ajaran-ajaran agama menjadi niscaya untuk senantiasa dipelihara agar tidak terjerumus pada pemahaman-pemahaman apalagi bentuk-bentuk pengamalan yang berlebih-lebihan yang lalu dikenal dengan istilah radikal. 

Pandangan mengapa agama harus dimoderasi adalah ketika agama sesuatu yang datangnya dari Tuhan Yang Maha segala-galanya yang pastilah sudah proporsional, moderat, dan sesuai dengan kemanusiaan kemudian dielaborasikan dengan cara pengamalan yang tepat. Kehati-hatian dalam menggunakan istilah moderasi disini yakni dimoderasi pada cara beragamanya yang lantas istilahnya disebut moderasi beragama. 

Islam tidak perlu dimoderasi lagi karena pasti sempurna. Tetapi cara memahami Islam dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam inilah yang dijaga pada koridor yang moderat. Dalam artian jangan sampai lalu kemudian terjebak pada bentuk-bentuk pengamalan yang radikal. 

Lalu pertanyaan tentang tolok ukur dan parameter ketika mengatakan bahwa pemahaman keagamaan masih dalam batasan yang moderat adalah ketika terdiri dari beragam pandangan beragam paham keyakinan, katakanlah mahzab yang beragam tetapi memaknainya sebagai keberagaman khazanah pemikiran Islam. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline