Lihat ke Halaman Asli

Banjir di Kawasan Industri Ekstraktif, GMKI Maluku Utara: Sustainable Enviromental Management is Very Important!

Diperbarui: 23 Juli 2024   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bencana Banjir di Weda, Halmahera Tengah/kieraha.com

Bencana banjir yang melanda kawasan industri ekstraktif di Kab. Halmahera Tengah, Maluku Utara, beberapa waktu lalu menuai banyak kritikan dari berbagai pihak.

Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia melalui Koordinator Wilayah XV Maluku Utara 2022-2024, Fandi Salasa menyampaikan bahwa pentingnya penerapan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan dalam setiap aktivitasnya.

"_Alam mempunyai hukumnya sendiri, jika tidak dikelola dengan bijak, alam yang akan menghukum kita_"

Aktivitas dari tiga perusahaan besar yaitu Weda Bay Nikel, Tekindo Energi dan Halmahera Sukses Mineral berdampak pada terjadinya kehilangan bentangan alam.

Dilansir dari WALHI Maluku Utara, sebanyak 51% tutupan pohon hilang di wilayah Kulo Jaya, Lelilef Sawai, Waibulen, dan Gamaf.

Sejak Sabtu 20 Juli hingga saat ini wilayah lingkar tambang tersebut masih terendam banjir dengan ketinggian 1 sampai 2 m. Tiga desa terparah yaitu Lelilef, Waibulen dan Lukulamo.

Selain itu, Fandi Salasa juga menyayangkan slow respon dari pihak Pemerintah Daerah setempat, bahkan data korban dan tingkat kerusakan fasilitas publik pun belum dikantongi sampai saat ini.

Dilain sisi, berdasarkan data dari WALHI Maluku Utara, sekitar 4.842 jiwa terdampak langsung bencana banjir tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline