Lihat ke Halaman Asli

Brilian Maryana

Like the meaning of my name brilliant

Bersahabat dengan UMKM

Diperbarui: 26 Oktober 2021   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Halo, adalah kata yang tepat untuk menyapa pembaca tulisan saya.

Baiklah, saat ini saya sedang bersemangat untuk menulis sebuah artikel tentang bisnis UMKM.

Tidak terasa semakin banyak bisnis UMKM yang bermunculan ketika Indonesia diserang pandemi Covid-19 sekitar awal tahun 2020. Bagaimana tidak, mendadak banyak pegawai-pegawai yang harus "dipaksa" berhenti bekerja dari tempat mereka mengais rezeqi. Karena terdampak PSBB yang saat itu terasa sangat lama merata hampir di semua daerah dan di semua sektor perekonomian akibat dari pandemi Covid-19.

Tidak sedikit pula yang akhirnya memilih menyerah pada takdir dan keadaan. Tapi masih banyak pula yang ingin bertahan ditengah himpitan ekonomi Covid-19 dan PSBB yang "berepisode". Merekalah manusia-manusia yang berusaha membaca peluang meskipun peluang itu kecil, berjuang dengan  sedikit simpanan "receh" yang selama ini tercecer, ternyata dapat membantu menemukan jalan keluar dari keadaan yang dirasa hampir mustahil untuk dapat "menyambung nyawa" kala itu.

Bisnis = membaca peluang.

Merasa beruntung, karena tidak semua orang dapat memanfaatkan peluang.

Waktu seakan sengaja menuntun saya berjumpa dengan salah satu teman lama, saat kami sama-sama duduk di bangku SMA, kami bertemu di warkop pinggir jalan sekitar kawasan BSD. Banyak hal yang kemudian dia ceritakan kepada saya, namun ada satu cerita yang berhasil menarik minat saya, cerita itu adalah cerita dari bisnis kaos sablon custom yang mulai dia tekuni di awal tahun 2020 sesaat sebelum badai Covid-19 menghantam Indonesia. Bagaimana proses pasang surut bisnis kaos sablon custom miliknya yang di branding dengan nama Blackone itu, bisa bertahan hingga berhasil meraup keuntungan hingga 26 juta perbulan dari penjualan kaos secara daring.

Singkat cerita, awalnya dia ragu-ragu untuk memulai bisnis ini, karena kita semua tau bahwa daya beli masyarakat pasti akan mengalami penurunan di situasi yang serba sulit seperti sekarang. Rasanya akan menjadi momen yang langka, bila menemukan orang yang akan mengeluarkan uangnya untuk membeli hal lain selain makanan, karena kebanyakan dari kita harus berusaha berhemat demi memenuhi kebutuhan perut, daripada merasakan lapar.

Tapi itulah permainan Tuhan dengan semesta, tidak ada yang mustahil bagi orang-orang yang mau berusaha keras, dan Tuhan sudah membuat takaran-takaran yang pas untuk setiap rezeqi manusia hingga semesta membantu mewujudkannya. Semua tergantung, sudah sejauh mana usaha kita untuk meraih takaran rezeqi yang Tuhan siapkan.

Bukan perkara mudah untuk bisa bertahan di situasi yang rumit, membuka toko fisik pun dirasa tidak mungkin, karena ketatnya peraturan dari Pemerintah terkait PSBB, mau menambah karyawan? Jelas lebih tidak mungkin, karena untungnya saja belum besar. Rumit setiap hari memikirkan cara untuk promosi, cara agar dia mampu closing setiap hari. Akhirnya teman saya memutuskan untuk menggunakan media sosial, itulah yang menjadi tak-tik terjitu teman saya. Dia melakukan aksi "bombardir" serangan yang bertubi-tubi untuk mempromosikan bisnisnya di semua media sosial yang dia punya. Walau dia tau akan ada beragam reaksi dari berbagai pengikutnya di media sosial. Mungkin beberapa orang hanya sekedar melihat postingannya atau bahkan di block bila postingannya dianggap terlalu mengganggu. Tapi dia tidak putus asa dong, dan dia jadikan aksi "bombardir" itu sebagai sebuah rutinitas baru setiap harinya, seperti iklan, yang selalu muncul terus-menerus sampai membuat kita kadang menjadi kesal dan sebel. Pada dasarnya apa yang teman saya lakukan itu memang diniatkan seperti cara iklan, terus-menerus dan muncul dimana saja, sampai akhirnya secara tidak sadar orang lain akan hafal dan ingat dengan produk kita.  Terimakasih untuk tips postingan bisnis yang pantang menyerah dalam bermedia sosial. Memasuki era yang serba digital seperti saat ini, sayang sekali kalau kita punya media sosial tapi hanya dipakai untuk stalking mantan atau berkomentar julid dan ikut-ikutan jadi haters artis-artis top. Hidup kita tidak akan menjadi lebih baik dengan sikap-sikap seperti itu. Mari bersama menata hidup dan pola pikir kita, untuk sama-sama bisa berdiri di kaki sendiri dan bertanggung jawab secara mandiri atas diri kita masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline