Lihat ke Halaman Asli

Brigitta Karenza

Mahasiswa S1 Pariwisata

Menilik Wisata Religi Gua Maria Tritis

Diperbarui: 5 Juli 2023   14:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana wisata religi di Gua Maria Tritis. Sumber: dokumen pribadi penulis.

Gunungkidul tidak hanya mempunyai daya tarik wisata alam seperti wisata pantai, pegunungan, air terjun ataupun Embung untuk melakukan perjalanan wisata. Tak hanya sekadar melakukan perjalanan untuk melepaskan penat dari beragam kegiatan, terkadang perjalanan pun perlu memiliki makna dan ada suatu manfaat atau ilmu yang dapat diambil. 

Pergeseran paradigma pariwisata dari “sun, sand, and sea” menjadi “serenity, sustainability, and spirituality” (Marbun, 2015), menjadi dasar berkembangnya wisata religi yang ada di Gunung Kidul, seperti di Goa Maria Tritis.

Berbicara mengenai Sejarah

Gua Maria Tritis pada awal terbentuk dikenal sebagai tempat angker nan sakral. Tak ada seorangpun yang berani memasuki gua itu. Masyarakat setempat percaya bahwa Gua Maria Tritis dahulunya merupakan tempat bertapa dan bersemedi para pangeran dari Kerajaan Mataram. Fakta ini didukung dengan catatan sejarah yang memaparkan bahwa Gua Maria Tritis pernah berperan menjadi “jembatan” wahyu antara kerajaan Majapahit dan Mataram Yogyakarta. 

Terdapat tiga prajurit kerajaan Majapahit yaitu Ki Ageng Giring (Wana Kusuma), Ki Ageng Pemanahan (Wana Baya) dan Ki Bondan Surati yang menolak kerajaan Demak dan melarikan diri ke Gunungkidul. Wana Kusuma dan Wana Baya adalah kakak beradik yang suka bertapa. Selama berbulan-bulan mencari tempat untuk menerima wahyu lalu mereka menemukan Wangsit untuk berjalan menuju ke Alas Gegiri. Di Alas itu ada sebuah gua yang sekarang bernama Gua Tritis. Mereka bertiga bertapa di sana.

Dalam perkembangan Gua Maria Tritis, penamaan “tritis”, berasal dari air yang menetes dari stalaktit. Tetesan air dapat berbunyi “tes tes tes” yang dalam Bahasa Jawa disebut “tretesing banyu”. Hal itu yang mendasari penamaan goa ini.

Pariwisata Religi di Gua

Gua Maria Tritis kerap dijadikan tempat ziarah oleh umat Katolik, karena di sini terdapat patung Bunda Maria berukuran besar. Bagi warga Kristiani berada di Gua Maria terasa lebih dekat dengan Tuhan dan bisa menyatu dengan alam.

Uniknya, goa ini tidak hanya dijadikan sebagai tempat ibadah maupun tempat mencari ketenangan oleh umat Katolik saja tetapi oleh berbagai pemeluk agama dan aliran-aliran kepercayaan. 

“Saya pernah mbak ngantar pak kyai dari Kudus jam satu malam ke sini untuk berdoa, orang budha juga pernah, orang hindu yang pakai dupa juga pernah, orang-orang kejawen juga beberapa kali kemari,” tutur salah satu Ibu pemandu wisata.

Aspek lain yang membuat keindahan goa ini menjadi paripurna adalah ketulusan dedikasi dari masyarakatnya. Tak sepeserpun pungutan biaya dikenakan pada pengunjung, baik untuk parkir, retribusi, pemandu atau hal-hal komersial lain yang semestinya menjadi ladang subur untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Namun, “bekerja untuk Tuhan” sudah merupakan imbalan luar biasa bagi mereka. Namun, para wisatawan yang berdoa di Gua ini biasanya tetap memberikan secara sukarela kepada para warga yang mengarahkan jalan mereka.

Penyuguhan Wisata Religi 

Mata para wisatawan akan disuguhi tantangan jalan terjal berbatu yang lumayan menanjak dan terlihat begitu jauh dari lokasi dalam goa. Ketika memulai perjalanan menuju lokasi goa, suasana kudus, kedamaian, dan ketenangan sudah mulai terasa. Ditambah dengan cerita-cerita yang diselipkan oleh pemandu dalam perjalanan, salah satunya adalah cerita tentang jalan salib, yaitu sebuah jalan tanjakan dengan empat belas salib pemberhentian sebagai pengingat atas pengorbanan Yesus saat mulai terjatuh dari anak tangga setelah penyaliban hingga wafat pada tangga ke-14.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline