Lihat ke Halaman Asli

Brigitta Karenza

Mahasiswa S1 Pariwisata

Mengawal Sepak Terjang Sport Megaevent MotoGP 2022, Celah Kemaslahatan Mandalika

Diperbarui: 28 April 2022   14:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antusiasme penonton di tribun Sirkuit MotoGP Mandalika. Sumber: (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/I Gusti Ayu Dewi Hendriyani) 

Perhatian Indonesia dan dunia telah berfokus pada Mandalika. Penyelenggaraan MotoGP 2022 pada kawasan Mandalika diyakini mampu menggairahkan perekonomian masyarakat setempat, Nusa Tenggara Barat dan Indonesia. Besarnya potensi ekonomi ini diharapkan dapat memperbaiki taraf kehidupan warga sekitar Mandalika. Namun, kebermanfaatan ini bergantung pada keberhasilan penanganan isu sosial budaya dan politik di sekitar Mandalika.

Kehadiran Sirkuit Internasional Mandalika telah menjadi magnet bagi Kawasan Ekonomi khusus (KEK) Mandalika di Kuta, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Kawasan ini memiliki daya tarik yang semakin menguat dengan adanya berbagai event internasional, terutama ajang balapan kelas dunia. Animo masyarakat Mandalika hingga masyarakat Indonesia menyambut daya tarik baru di 2022 ini dengan berbagai presepsi. Kemampuan sport megaevent yang digelar pada 18-20 Maret 2022 di Pertamina Mandalika International Circuit telah sukses meraup keuntungan.

Berkaca dari pengalaman Indonesia menyelenggarakan GP 500 pada tahun1996, 1997 dan MotoGP Mandalika 2022 lalu, banyak celah kebermanfaatan untuk membangkitkan kehidupan perekonomian masyarakat sekitar dalam penyelenggaaan sport megaevent ini. Jika menengok pada kondisi demografi di Lombok Tengah yang didominasi sektor informal, celah ini dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pembangunan sosial-ekonomi masyarakat lokal.

Namun, dibalik kesuksesan penyelenggaraan MotoGP Mandalika, terdapat isu sosial-budaya dan politik antara pemerintah dan kelompok masyarakat setempat untuk keberlanjutan aktivitas pariwisata. Mengingat pembangunan sirkuit Mandalika masih menyisakan konflik alih guna lahan dengan masyarakat sekitar. Artinya, menimbulkan pertanyaan baru “apakah manfaat ekonomi tersebut sebanding dengan dampak negatif yang muncul akibat gelaran MotoGP Mandalika?”.

Ekspektasi Vs Persepsi

Pada 8 Januari 2019, Dorna Sports selaku pemegang hak penyelenggara MotoGP menandatangai perjanjian kerja sama dengan PT Pengembangan pariwisata Indonesia (ITDC) untuk membawa ajang MotoGP ke Mandalika. Sejak saat itu, perhatian besar diberikan ke Mandalika. Bahkan menjadi salah satu lima destinasi superprioritas yang dikembangkan pemerintah pusat.  Namun euforia pembangunan sirkuit di awal tidak disambut dengan antusias. Bahkan banyak keraguan dari berbagai pihak termasuk masyarakat lokal. Adanya pandemi covid-19 menimbulkan pesimisme publik terkait dengan sport megaevent yang berlangsung Maret 2022 lalu. Banyak pemberitaan yang menyudutkan Mandalika terkait kesiapan perhelatan MotoGP. Apalagi gelombang penolakan dan masalah lahan yang berlarut.

Pelaksanaan komunikasi strategis guna mengkomunikasikan kesiapan sekaligus meyakinkan publik tentang kesiapan pemerintah dalam hal ini ITDC dan juga pihak terkait untuk pelaksanaan event MotoGP Mandalika di 2022. Mandalika sebagai destinasi superprioritas menjalankan berbagai program komunikasi dengan memanfaatkan berbagai macam media melalui exposure dan melakukan pendekatan melalui framing serta setting agenda  pada distribusi informasi. Selain hal tersebut ITDC dan juga berbagai pihak melakukan lobby sekaligus negosiasi dan terus mengkomunikasikan pesan positif kepada masyarakat secara strategis dan terencana untuk menciptakan optimisme tentang MotoGP Mandalika. Euforia baru terasa ketika memasuki bulan Agustus 2020, ITDC mengumumkan selesainya pengaspalan lintasan utama sirkuit Mandalika. Muncul optimisme dan ekspektasi yang tinggi dari berbagi pihak.

Namun, masih banyak pekerjaan rumah. Tidak selesai pada keberhasilan menghadirkan sirkuit yang disebut sebagai Jalan Kawasan Khusus (JKK) Mandalika. PT ITDC dan semua pihak terkait, termasuk pemerintah pusat dan daerah, juga memiliki tugas memastikan sirkuit itu berdampak. Tidak hanya mengembalikan pinjaman modal proyek pembangunan sirkuit yang mencapai Rp1.3 triliun (Kompas.id). Para pemegang kepentingan ini juga mendapat tambahan tanggung jawab mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah bahkan nasional, menyelesaikan konflik lahan di Mandalika dan pelibatan masyarakat sekitar terutama usia produktif dalam pengembangan KEK Mandalika. Secara dominan, persepsi pasca event dapat mengalami perubahan dengan mempertimbangkan berbagai isu yang melatar belakangi terlaksanya sport megaevent MotoGP Mandalika.

Trade off

Jika menengok lebih jauh, ajang MotoGP memang bukan hanya tentang balapan semata. Di baliknya terselip harapan sebagian masyarakat, khususnya 128.100 penduduk miskin, di Lombok Tengah untuk kehidupan yang lebih baik dengan adanya Sirkuit Mandalika (Kompas.id). Harapan ini tampak begitu jelas jika kita mengunjungi secara lebih dekat Kawasan sekitar sirkuit.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik, sebagian besar penduduk Lombok Tengah memang menggantungkan hidupnya pada sekotor pekerjaan informal. Bahkan sebanyak 38,7 persen dari Angkatan kerja di Lombok Tengah tergolong kategori pekerja bebas dan pekerja keluarga/tidak dibayar. Artinya, meskipun Lombok Tengah kerap menjadi tujuan wisata, daerah ini masih berkutat dengan persoalan lapangan pekerjaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline