Lihat ke Halaman Asli

“Saya Bukan Feminis, tapi Saya Peduli Perempuan”

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jogja- “Saya bukan Feminis, tapi saya peduli perempuan,” demikian ungkap Ratih Fitrina, pemenang kompetisi Program Radio yang diselenggarakan oleh Yayasan Jurnal Perempuan beberapa waku lalu.

Ratih Fitrina merupakan mahasiswa mahasiswa aktif angkatan 2008, FISIP UAJY. Peminatan konsentrasi studinya adalah Jurnalisme. Ia sangat tertarik dalam bidang broadcasting.

Mahasiswi asli Batang, Jawa Tengah ini adalah orang yang sangat peduli terhadap perempuan, terutama dalam konteks Indonesia. Ia sangat prihatin terhadap kondisi negara ini yang masih belum terbuka terhadap kesetaraan gender. Ia mengaku sangat miris melihat kenyataan bahwa perempuan di Indonesia masih sangat terbatas kiprahnya di ranah publik.

“Perempuan yang sudah punya suami masih saja disuruh suaminya dirumah. Lantas apa bedanya istri dengan pembantu kalo begitu?” ungkapnya dengan penuh greget. Ia gemas melihat perilaku laki-laki yang menyuruh istrinya dirumah dan tidak boleh bekerja atau berelasi dengan orang lain di luar rumah. “Lama-lama kita bisa jadi bodoh dong, kalo dirumah terus,” ungkapnya lebih lanjut.

Ingin Ada Pergerakan

Ketika ditanya pengalamannya setelah menjadi juara dalam kompetisi yang diikutinya, ia mengaku sangat bangga dan senang. Ia mendapat banyak pengetahuan ketika mengikuti talkshow di Jakarta pasca terpilihnya ia sebagai salah satu pemenang dalam kompetisi yang diadakan oleh Yayasan Jurnal Perempuan beberapa waktu.

Ia sangat antusias saat bisa mendapat kesempatan untuk memperdalam pengetahuannya tentang feminis. Seperti yang dikatakannya tadi bahwa meskipun ia bukan seorang feminis, ia tetap peduli pada perempuan.

Sama seperti feminis lainnya ia terus berjuang untuk sebuah kesetaraan. “Kita berjuang untuk setara, bukan untuk sama. Kalo mau dibilang sama atau tidak antara laki-laki dan perempuan jelas tidak sama. Tapi kita hanya ingin setara. Setara dan sama adalah dua hal berbeda,” ungkapnya lebih lanjut.

Ia ingin ada sebuah pergerakan. Gerakan kesadaran untuk laki-laki dan perempuan agar bisa setara. “Gerakan ini bukan sebuah kecemburuan kok,” jelasnya menutup perbincangan. (brieg)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline