[caption id="attachment_135286" align="aligncenter" width="300" caption="R.I.P. Steve Jobs"][/caption] Hari ini, 6 Oktober 2011 adalah hari di mana dunia teknologi dan gadgetry bersedih, Steve Jobs, mantan CEO dan founder of Apple meninggal di usia 56 tahun. Inovasi yang telah beliau ciptakan cukup banyak, dan saya pun tidak tahu semua inovasi beliau karena sangat banyak. Steve Jobs bagi saya bukan lah hanya sebuah CEO atau founder dari Apple. Beliau mengajarkan saya cukup banyak hal. Saya adalah mahasiswa marketing, dan Steve Jobs bisa dibilang sebagai the greatest marketing people in the world. Apa yang diajarkan di buku marketing dan beliau ajarkan cukup berbeda. Buku marketing saya mengajarkan saya untuk sebisa mungkin membuat banyak produk agar bisa meng-eksploitasi market yang ada. Steve Jobs melakukan hal sebaliknya. Ketika beliau kembali ke Apple sekitar tahun 1997, dia memotong jajaran produk Apple. Alasannya cukup simpel, terlalu banyak produk membuat konsumen bingung, dan ucapan tersebut terbukti membuat Apple sukses hingga sekarang. Kompetitor Apple memiliki banyak sekali jajaran produk di dalam portfolionya, di satu sisi bagus karena bisa meraih semua market, tapi bagi kebanyakan konsumen, hal itu malah membuat bingung. Hal lain yang pelajari adalah bagaimana beliau memandang konsumen. Marketing mengajarkan saya bahwa untuk memberikan apa yang konsumen mau. Steve Jobs tidak menolak itu, melainkan menambah hal yang lebih penting. Selain memberikan apa yang konsumen mau, sebagai perusahaan, kita juga harus memberikan inovasi yang tidak pernah terpikirkan atau terbayangkan oleh konsumen itu sendiri. Satu contoh, konsumen ingin sebuah smartphone atau tablet yang powerfull, kebanyakan perusahaan akan berpikir untuk membawa komputer ke dimensi yang kecil. Pada kenyataannya, komputer akan sangat sulit dioperasikan dalam dimensi kecil. Steve Jobs pun mengubah dunia smartphone dan tablet dengan iOS. Ternyata konsumen menginginkan sesuatu yang powerfull, tetapi juga mudah digunakan, enak dipandang, dan intuitif. Hal yang saya sangat pelajari dari beliau adalah bagaimana menjadi sebuah keynote speaker , atau presenter yang baik. Saya menonton semua keynote yang beliau bawakan. Dari semua itu, saya bisa belajar bahwa untuk menjadi presenter yang baik, kita tidak boleh kaku, itu hal terpenting. Beliau sangat luwes dan tenang ketika presentasi. Slideshow yang beliau bawakan sangat simpel tapi informatif dan menarik perhatian. Gaya suara, kecepatan berbicara, dan bahasa badan ketika beliau presentasi selalu saya contoh, begitu juga dengan gaya slideshow beliau. Tanpa belajar dari Steve Jobs, saya tidak mungkin bisa membawakan presentasi yang baik. Steve Jobs sudah membuat Apple menjadi sekarang ini, dari finance perspective, Apple sudah beberapa kali menjadi the most valuable company berdasarkan harga saham, melebihi Exxon mobil seingat saya. Lebih dari itu, pemikiran Steve Jobs sudah membuat budaya Apple itu sendiri yang saya pandang sebagai competitive advantage terbesar Apple. Terima kasih Steve Jobs, anda sudah mengajarkan saya banyak hal. Rest In Peace Steve Jobs.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H