Transisi energi adalah salah satu topik penting yang diusung dalam presidensi G20 Indonesia. Sekarang ini Indonesia mengambil cara pendekatan multistakeholder untuk mencapai target 23% Energi Baru Terbarukan (EBT), dalam pelaksanaannya melibatkan peran pemerintah, akademisi, pihak swasta, komunitas publik, dan generasi muda.
Kolaborasi dengan multistakeholder ini bertujuan untuk menjaring sumber pendanaan, investasi, dan dukungan teknologi yang diselaraskan dengan kepentingan nasional. Harapannya generasi muda bisa berperan aktif memberikan langkah dalam mewujudkan percepatan transisi energi.
Data dari Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi KESDM oleh Pak Sutijastoto menyebutkan pada tahun 2018 Pembangkit EBT yang dikembangkan dominan air, panas bumi dan biomass, sedangkan pada tahun 2019 Pembangkit EBT yang dikembangkan dominan air, panas bumi dan biomassa. Pembangkit EBT intermittent, khususnya PLTS pesat dikembangkan dari 88.04 menjadi 152.44 MW.
Komitmen Nasional dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 berisikan tentang Ratifikasi pengurangan emisi GRK pada tahun 2030: 29% dari BaU (Upaya Nasional) dan 41% dari BaU (Dukungan Internasional). Ini adalah langkah nyata pemerintah dalam menjalankan target penanggulangan perubahan iklim.
Generasi muda dapat menjadi kunci penting dalam upaya mewujudkan percepatan transisi energi. Mahasiswa yang ingin meningkatkan ilmu dalam Renewable Energy bisa mengikuti organisasi kampus seperti SRE (Society of Renewable Energy).
Berdiskusi menyampaikan keresahan terhadap isu lingkungan dan ilmu EBT (Energi Baru Terbarukan) yang ada di Indonesia maupun di dunia. Berbagi pemikiran dan ide konkrit dalam memecahkan permasalahan yang ada saat ini. Bisa memantik ketertarikan dan wawasan mahasiswa terhadap EBT (Energi Baru Terbarukan).
Untuk mengakselerasi bauran energi dari EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025, Ariana Soemanto mengatakan bahwa Pemerintah membutuhkan peran generasi muda untuk menjalankan kampanye terkait EBT.
Pemerintah juga membutuhkan peran generasi muda untuk mengakselerasi pencapaian 23 persen sumber energi dari EBT pada bauran energi tahun 2025. Generasi muda juga mengambil peran penting melalui kampanye tentang EBT, misalnya PLTS Atap. Kementerian ESDM juga siap mendukung ide dan inovasi mahasiswa terkait EBT.
Untuk terlibat dalam EBT, para anak muda bisa mulai dengan mencoba mengenal dan mempelajari sektor ini. Dengan begitu, Indonesia akan memiliki SDM yang cukup mumpuni.
Lebih dalam, mereka bisa mulai terjun dalam pengembangan dan inovasi teknologi EBT. Ini menjadi penting karena beberapa komponen masih di impor. Tapi pengembangan ini juga mempertimbangkan efisiensi teknologinya sendiri sehingga harganya terjangkau untuk masyarakat.
Generasi muda cenderung memiliki potensi dalam memberikan ide dan inovasi baru dalam mengembangkan EBT dan dapat memberikan pengaruh besar dalam mengkampanyekan penggunaan energi bersih sehingga dapat menimbulkan kesadaran penuh dalam masyarakat.