Lihat ke Halaman Asli

Brian Manalu

Pejuang Pemuda Aekraja

Mengedepankan Dialog, TPL Rutin Melakukan Sosialisasi

Diperbarui: 19 Februari 2022   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosialisasi Program Kerja PT. TPL di rumah salah seorang warga Desa Aekraja / Dokpri

Perusahaan-perusahaan pengelola hasil hutan sudah seharusnya menempatkan masyarakat sekitar (warga desa) sebagai mitra strategis. Kesadaran itu sepertinya semakin dipegang teguh PT. Toba Pulp Lestari yang rutin melakukan sosialisasi rencana kerja dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam sosialisasi terbaru di Sektor Aekraja yang berlangsung dua hari lalu (17/02/21) warga tidak hanya bertanya tentang masalah-masalah kemitraan atau isu-isu ekonomi, tetapi juga isu lingkungan. Tampak bahwa kesadaran kritis warga akan pentingnya kelestarian lingkungan mulai tumbuh. 

Faisarlin, salah satu pemuda Aekraja, mengajukan pertanyaan seputar program perusahaan untuk memastikan terjaganya kelestarian lingkungan. Faisarlin menyoroti kelestarian sungai dan anak sungai karena menurutnya limbah kulit kayu ekaliptus sering ditemukan di sungai dan menghambat kelancaran arus air. 

Warga lain, Horas, mengingatkan perusahaan bahwa jarak ideal antara tanaman perusahaan dengan sumber air seperti sungai minimal 50 meter sebagaimana pernah disosialisasikan perusahaan sebelumnya.

Bukan hanya kelestarian sungai, warga juga bertanya tentang kelestarian flora hutan. Murdani menyoroti kelestarian flora seperti Kantong Semar. Sekedar informasi, Kantong Semar merupakan tumbuhan endemik daerah tropis. Tumbuhan ini tegolong khas dan eksotik karena memiliki kantong-kantong di ujung sulurnya.

Menaggapi pertanyaan warga, jajaran staf humas TPL yang dipimpin Sibuea memaparkan rencana kerja perusahaan dan langkah-langkah yang telah diambil sekaitan dengan kelestarian lingkungan. Perusahaan tetap mengakui masih perlu berbenah dan pertanyaan-pertanyaan warga akan menjadi masukan penting untuk rencana kerja ke depan.

Rehulina, staf bagian environment, memberi wawasan kepada warga tentang kategori sumber air di hutan sesuai dengan aturan pemerintah yakni alur, anak sungai dan sungai. 

Menurut Rehulina perusahaan membuat jarak tanam dari sumber air tersebut dua kali lebar alur sungai dan sungai. Tentang kelestarian flora, Rehulina menjelaskan bahwa perusahaan telah mengidentifikasi titik-titik koordinat tumbuhan endemik hutan untuk dilakukan perawatan.

Warga tampak antusias mengikuti sosialisasi tersebut dan semakin kritis terhadap kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Dialog seperti itu terus dilanjutkan untuk menumbuhkan sikap saling percaya antara perusahaan dan warga. 

Perusahaan akan terus didorong transparan oleh warga-warga yang kritis sehingga tidak ada lagi kecurigaan sebagaimana sering terjadi di desa. Kecurgiaan akan membuat warga terbelah dan pengawasan terhadap kinerja perusahaan menjadi tidak maksimal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline