Lihat ke Halaman Asli

Alexander Bria

Saya seorang petani

Kisah Hidup Seorang Pemuda: Meskipun Cacat Tetapi Saya Tetap Bekerja

Diperbarui: 14 April 2019   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Setiap orang yang diberikan kesempatan oleh Allah untuk hidup di muka bumi ini, wajib bertangung jawab terhadap dirinya. Dalam hal ini, ia harus mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup-nya. Secara ekonomi kebutuhan manusia dikelompokan menjadi tiga bagian yakni kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Untuk tetap memepertahankan hidup maka kebutuhan primer harus selalu terpenuhi setiap hari.

Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, maka setiap orang diminta untuk bekerja sehingga bisa menghasilkan sesuatu untuk menunjang kehidupan ekonomi-nya. Orang yang bekerja tentu, orang yang sudah tergolog usia produktif dan memiliki tenaga yang masih kuat untuk bekerja.

Jika demikian, maka bagaimana dengan mereka yang tergolong sebagai kelompok tunanetra, tunadaksa dan  (lansia). Mereka tentu tidak bisa bekerja, karena secara fisik mengalami gangguan fungsi tubuh. Lalu, siapakah yang bertangung jawab secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tentunya keluarga yang akan bertangung jawab dan pemerintah sesuai amanat Undang-Undang.

Hal ini berbeda dengan seorang pemuda bernama Oktovianus Bouk yang juga tergolong sebagai kelompok penyandang disabilitas yakni cacat tubuh. Pria muda ini lahir di Bene-Bene, 10 Oktober 1978, sehingga saat ini ia sudah berusia 41 Tahun. Ia belum memiliki pendamping hidup (isteri), mungkin karena kondisi tubuhnya yang cacat sehingga kurang disukai oleh para wanita.

Oktovianus Bouk merupakan putera ketiga dari 8 bersaudara, buah cinta dari pasangan Bapak Kornelis Nana dan almh. Ibu Kornelia Lais. Saat ini, Oktovianus tinggal bersama dengan bapak dan salah satu saudari-nya (*berkeluarga).

Oktovianhs mulai mengalami cacat tubuh sejak umur 2 Tahun dengan kondisi tubuh yang cacat adalah tangan kiri dan kaki kanan. Dua anggota tubuh tersebut, secara fisiologis tidak bekerja secara efektif.

Dari segi pendidikan, Oktovianus, orangnya cerdas dengan pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Sejak ia memasuki pendidikan menengah mulai dari SMP- SMA, ia tinggal bersama dengan Mama kecil-nya di kota. Dan setelah menyelesaikan pendidikan di SMA, ia mulai membuka usaha kecil (kios) di kota. Usaha tersebut, akhirnya macet karena keterbatasan modal. Akhirnya ia berpikir untuk pulang ke kampung.

Meskipun dirinya cacat, tetapi untuk memenuhi kebutuhan hidup, dirinya masih bisa bekerja walaupun terasa berat bagi dirinya. Akhirnya ia memutuskan untuk bertani. Bertani memang pekerjaan berat karena fisik adalah taruhannya.

dokpri

Sejak ia kembali ke kampung pada tahun 2008, ia ditawarkan oleh keluargnya untuk gembalakan sapi dengan ketentuan setiap tahun ia diberikan satu ekor sapi. Ia menjadi penggembala ternak sapi selama 4 tahun. Berkat perjuangan-nya, ia peroleh 2 ekor sapi (Jantan dan betina).

Selain ia menjadi penggembala sapi, Oktovianus yang sering disapa Da'i, juga berkebun. Kebun yang diolah seluas 8 Are, dengan jenis komodit yang ditanam adalah jagung, ubi dan kacang. Hasil dari tanaman itu sebagian untuk penuhi kebuthan makan dan selebihnya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup lain.

Oktovianus Bouk dengan nam sapaan Da'i, sangat terknal di kampung Bene-Bene, Desa Babotin Maemina, Kecaamatab Botin Leobele, Kabupaten Malaka. Hingga saat ini ia sudah memiliki 4 ekor sapi dan hasil produksi jagung tahun ini mencapai 1 ton.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline