Seringkali kita mendengar ungkapan di masyarakat, bahwasannya seorang guru adalah seseorang yang hanya bertugas untuk memberikan pengajaran kepada para muridnya disekolah. Konotasi tersebut seolah-olah memberikan stigma bahwasannya seorang guru hanya bertugas untuk mengajar siswa, dan siswa yang diajar. Hal tersebut berarti guru sebagai subjek (pemain) dan siswa hanyalah objek (penonton) yang tidak banyak berkontribusi dalam pembelajaran. Komunikasi antara guru dan siswa dikelas cenderung satu arah, yaitu hanya dari guru ke siswa, dan tidak ada timbal balik yang guru dapatkan dari siswa. Guru memang bertugas untuk mengajar siswa, tetapi bukan untuk membelajarkan siswa. Dengan begitu pembelajaran yang berlangsung dikelas antara murid dan guru akan menjadi tidak efektif, karena guru masih mendominasi kelas, dan siswa hanya bisa berperan secara pasif (datang, duduk, dengar, memperhatikan, dan...lupa). Hal tersebut dapat menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah, karena tidak efektifnya pembelajaran yang mereka dapatkan.
Nyatanya pembelajaran tidak terjadi begitu saja didepan mata kita dan didepan mata siswa yang seolah-olah pasrah menanti dengan harap-harap cemas bisa tidak, faham tidak, mengerti tidak. Melaksanakan pembelajaran tidak semudah membalikan telapak tangan, artinya dalam melaksanakan pembelajaran butuh segala persiapan, baik dari perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi secara komperhensif. Tetapi dari ketiga hal tersebut, semuanya diawali dari perencanaan terlebih dahulu, karena tanpa perencanaan pembelajaran hanya akan menjadi sebuah aktifitas yang abstrak dikelas.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar. Siswa dalam kondisi belajar dapat diamati dan dicermati melalui indikator aktivitas yang dilakukan, yaitu perhatian fokus, antusias, bertanya, menjawab, berkomentar, presentasi, diskusi, mencoba, menduga, atau menemukan. Sebaliknya siswa dalam kondisi tidak belajar adalah kontradiksi dari aktivitas tersebut, mereka hanya berdiam diri, beraktivitas tak relevan, pasif, atau menghindar.
Idealnya seorang guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan sebaik mungkin, agar pembelajaran tersebut dapat berlangsung dengan efektif, sehingga terjadi proses pembelajaran yang disukai oleh siswa, dan dengan begitu siswa dapat menyerap segala ilmu atau materi yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai perencanaan pembelajaran. Ibarat seorang jendral yang mempunyai rencana dalam menguasai benteng lawannya, seorang guru pun harus memiliki rencana agar pembelajarannya dapat berhasil dan efektif dikelas. Hal tersebut dinamakan dengan Perencanaan Pembelajaran.
Dengan adanya perencanaan pembelajaran, seorang guru akan lebih siap dalam melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran dikelas bersama para siswa. Karena dalam perencanaan pembelajaran seorang guru dapat mengimplementasikan rencana-rencana belajarnya dengan baik, sehingga guru dapat melaksanakan pembelajarannya dengan terarah dan runtut. Perencanaan pembelajaran juga dapat menjauhkan proses pembelajaran yang absrak dikelas, artinya pembelajaran lebih memiliki makna karena sudah dirancang dan direncanakan sebelumnya. Guru akan lebih siap jika menemui masalah atau kesulitan dalam mengajar dikelas, karena pasti bila seorang guru sudah mempersiapkan perencanaan pembelajarannya, maka guru tersebut mempunyai segala rencana atau planning dari segala permasalahan yang kemungkinan timbul didalam kelas.
Pengertian Perencanaan pembelajaran terdiri dari penggalan kata "perencanaan" dan "pembelajaran". Oleh karena itu perlu dipahami terlebih dahulu masing-masing maknanya, menurut Sagala (2005:19) perencanaan adalah fungsi manajemen yang menentukan secara jelas pemilihan pola-pola pengarahan untuk para pengambil keputusan sehingga terdapat koordinasi dari demikian banyak keputusan dalam suatu kurun waktu tertentu dan mengarah kepada tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan pembelajaran (onderwijs) itu tidak lain dan tidak bukan ialah salah satu bagian dari pendidikan. Jelasnya, pembelajaran tidak lain ialan pendidikan dengan cara memberikan ilmu atau pengetahuan serta kecakapan (Tafsir, 2003:7). Dari definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwasannya perencanaan pembelajaran adalah proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan, dan metode pembelajaran serta penilaian dalam alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari pengertian perencanaan pembelajaran tersebut sudah jelas, bahwasanya perencanana pembelajaran sangat amat penting bagi seorang guru dalam mempersiapkan pengajarannya. Di sekolah, guru memegang peranan penting dalam merencanakan sebuah pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang disusun berupa Silabus maupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya berisi berbagai strategi, model, metode, serta media pembelajaran yang dinilai dapat menunjang pembelajaran di kelas. Di dalam perencanaan pembelajaran, tujuan pembelajaran dijadikan standar keberhasilan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai sebuah pembelajaran. Kualitas sebuah pembelajaran diawali dari sebuah perencanaan pembelajaran, merencanakan pembelajaran merupakan tugas guru. Peran guru sangatlah penting, guru sebagai ujung tombak dalam memfasilitasi siswa pada proses pembelajaran untuk mengembangkan potensi siwa.
Berdasarkan sudut pandang dari paparan tersebut di atas, berarti perencanaan pembelajaran harus selaras, harus sesuai, harus sepadan, dan cocok dengan ranah dan konsep pendidikan dan pembelajaran yang bersemayam dalam pelukan kurikulum. Perencanaan pembelajaranjuga merupakan cerminan dari sebuah disiplin ilmu pengetahuan, sehingga dalam langkahnya harus berjalan secara efektif dan efesien.Disamping itu, untuk meningkatkan pembelajaran yang efektif dan efesien perlu memperhatikan sebuah sistem pembelajaran, yang merupakan faktor yang dapat mempengruhi terjadinya proses pembelajaran yang baik. Barangkali masih melekat dalam ingatan kita tentang sebuah "sistem". Dan pada otak kita mungkin hinggap beberapa kalimat tanya, apa itu sistem, bagaimana karakteritiknya, adakah keuntungannya dalam kegiatan proses pembelajaran. Semua berkecamuk dalam dada dan angan kita. Jiwa bergejolak dan terhempas pada sebuah tanggungjawab bagaimana merilis arti sebuh "sistem".
Perencanaan pembelajaran memiliki fungsi, yang menurut Kostelnik secara spesifik fungsi perencanaan pembelajaran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
- Mengorganisir pembelajaran yaitu proses mengelola seluruh aspek yang terkait dengan pembelajaran agar tertata secara teratur, logis dan sistematis untuk memudahkan melakukan proses dan pencapaian hasil pembelajaran secara efektif dan efesien.
- Berpikir lebih kreatif untuk mengembangkan apa yang harus dilakukan siswa; yaitu melalui perencanaan, proses pembelajaran dapat dirancang secara kreatif, inovatif. Dengan demikian proses pembelajaran tidak dikesankan sebagai suatu proses yang monoton atau terjadi sebagai suatu rutinitas.
- Menetapkan sarana dan fasilitas untuk mendukung pembelajaran; melalui perencanaan, sarana dan fasilitas pendukung yang diperlukan akan mudah diidentifikasi dan bagaimana mengelolanya sehingga sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dapat terpenuhi untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran yang lebih efektif.
- Memetakan indikator hasil belajar dan cara untuk mencapainya; yaitu melalui perencanaan yang matang, guru sudah memiliki data tentang jumlah indikator yang harus dikuasai oleh siswa dari setiap pembelajaran yang dilakukannya. Dengan demikian guruoun tentu saja sudah membayangkan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai setiap indicator tersebut.
- Merancang program untuk mengakomodasi kebutuhan siswa secara lebih spesifik; yaitu melalui perencanaa, hal-hal penting yang terkait dengan kebutuhan, karakteristik, dan potensi yang dimiliki siswa akan teridentifikasi dan merencanakan tindakan yang dianggap tepat untuk meresponnya.
- Mengkomunikasikan proses dan hasil pembelajaran; yaitu melalui perencanaan segala sesuatu yang terkait dengan kepentingan pembelajaran sudah dikomunikasikan, baik secara internal yaitu terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dengan tugas-tugas pembelajaran, maupun dengan pihak eksternal yaitu pihak-pihak mayarakat (stake holder).
Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung. Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:
- Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
- Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
- Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
- Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
- Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja. f. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H