Lihat ke Halaman Asli

3K Dalam Menulis dan Membaca

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“3C (3K) dalam menulis dan membaca” by : Lintong Simaremare Aikhh… 3C (3K), apa pula itu ya? 3C yang akan saya beberkan sebenarnya tidak hanya dalam menulis dan membaca namun sebuah tools dalam memudahkan kita memberi dan menangkap makna dalam setiap aktivitas kehidupan kita. Tetapi saya persempit saja, kali ini dalam hal menulis dan membaca. C yang pertama adalah Context (konteks). Kita sering mende ngar atau membaca pesan seseorang, sebut saja seorang pemimpin yang mengatakan, “Saya menyampaikan hal itu dalam konteks blablabla..” Tanya punya tanya, Apa yang dia maksud dengan kata konteks dalam kalimatnya? Jika seseorang menggunakan kata ‘konteks’ dalam sebuah kalimat, maka kalimat yang diutarakannya sangat mungkin berbeda makna dan tujuan ketika dimasukkan ke dalam konteks lain. Konteks dalam hai itu adalah kondisi/situasi/hal khusus/stream/domain atau apapun yang dimaksudkan membatasi respon pemikiran orang yang akan menyikapinya. C yang kedua adalah Concept (konsep). Konsep adalah gambaran menyeluruh dari sebuah pemikiran, layaknya bentuk impian sebuah bangunan. Sebuah konsep itu imajiner / dalam angan, namun seseorang yang pintar dalam mengutarakan konsep akan membuat orang lain mudah memahami ‘impian bangunan’ yang sedang diutarakannya. C yang paling sederhana adalah Content (konten). Konten biasanya sangat sederhana, namun sebuah konten hendaknya jangan dimaknai langsung tanpa melihat konsep dan konteks sebab hal itu yang membuat kita dengan mudah menyalahkan atau mudah membenarkan sesuatu yang tidak bersesuaian atau tdk bersesuaian dengan cara pikir atau istilah-istilah kita sendiri. Dengan contoh sederhana saya ajak teman-teman melihat sebuah contoh tentang 3C di atas: Pada sebuah papan di taman tertulis: “Dilarang menginjak rumput” — Maka konteksnya adalah hal yang boleh dan hal yang tidak boleh dilakukan di taman itu. Konsep pikirnya kehidupan tanaman sedangkan kontennya adalah memelihara taman. Jadi jangan diartikan bisa duduk-duduk atau berguling guling di taman atau menaikkan kursi atau kasur lalu tidur di atas taman.  Permasalahannya adalah, hal-hal yang sering kita baca dan tangkap dominan konten dan sedikit konsep dan lebih sedikit lagi konteks. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa untuk melangkah memahami konsep dan konteks, perlu usaha berpikir lebih dan hal ini agak tidak mudah. Semakin kita terbiasa mengobservasi konsep dan konteks, maka kita semakin kaya dalam menulis dan semakin lihai dalam membaca. Begitulah kira-kira, Silahkan ditambah jika ada teman yang ingin memperkaya. Salam berbagi, ~Lintong | www.lintongquotes.com | Penulis buku-buku: #BreadForFriends #PiecesOfKeysAtWork #WisdomOnTheWall #BreadForLovers #BreadFromMotherToHerDaughter #BreadForReflection

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline