Lihat ke Halaman Asli

Ketika Sumpah Pemuda Hanya Status Akun Maya

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jakarta, AnggaBratadharma (28/10/2012)--Hari Sumpah Pemuda, yang jatuh tiap tanggal 28 Oktober biasanya menjadi momentum para pemuda-pemudi untuk sadar menggerakkan suatu perubahan. Gerakan pemuda diyakini banyak kalangan bisa merubah suatu sistem ketimpangan pada suatu masyarakat ke arah sistem yang terkonsep dalam gagasan mulia. Namun, benarkah pemuda sekarang sama halnya dengan pemuda jaman Bung Karno, Bung Hatta, dan pemuda-pemudi dijaman tercetaknya Sumpah Pemuda itu, yakni 28 Oktober.

Sekarang ini sudah semakin banyak peristiwa-peristiwa dan masalah yang sulit diselesaikan. Bukan karena tidak ada sokusi pemecahan tersebut, melainkan egoisme yang merasuki tiap insan masyarakat Indonesia. Pada akhirnya, permasalahan yang dimaksud menjadi daftar panjang masalah yang harus diselesaikan oleh masyarakat Indonesia, terutama oleh pemerintah.

Jika melihat rekam jejak pemuda-pemudi pada 28 Oktober itu, tentu mereka tergerak karena saat itu Indonesia tengah dijajah oleh para penjajah. Bumi Indonesia dikeruk hasil alamnya dan masyarakat Indonesia ditindas dan dipekerjakan layaknya binatang. Dalam hal itu, pemuda-pemudi tergerak jiwa mudanya dan mengobarkan panji-panji peperangan untuk memerdekan Indonesia dari belenggu penjara oleh penjajah.

Alhasil, pada tanggal 28 Oktober, tepatnya 28 Oktober 1928, para pemuda-pemudi bersatu dan melakukan sumpah, yakni Pertama, kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kedua, kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ketiga, kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Dengan semangat juang tanpa mengenal rasa takut, pemuda-pemudi kala itu berkontribusi kepada kemerdekaan Indonesia, yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945, yang diproklamasikan oleh Bung Karno, sang Bapak Proklamator kita. Saat itu, Indonesia secara resmi merdeka atas tangan sendiri, tanpa ada bantuan dan campur tangan asing, yang saat itu hanya menjanjikan kebohongan akan memberikan Indonesia kemerdekaan.

Tentu banyak peristiwa yang terjadi pada jaman kemerdekaan Indonesia. Pada jaman itu, banyak pemuda-pemudi Indonesia yang mencetak prestasi gemilang dalam sebutanya pejuang muda-mudi. Sebut saja Bung Karno, Bung Hatta, Jenderal Soedirman, pemuda yang terhimpun dalam tiga serangkai, Bung Tomo, R.A Kartini, dan lain-lain. Mereka berjuang diusia yang terbilang muda. Mereka berjuang pada masing-masing jalan yang mereka lalui.

Sekarang, mari kita menilik era sekarang ini. Pemuda-pemudi sekarang ini bisa dikatakan jauh dari pemuda-pemudi yang berjuang pada saat kemderdekaan. Disaat pemuda-pemudi jaman dulu memerdekakan bangsa, namun pemuda-pemudi sekarang justru terjerat dengan narkoba. Mereka lebih senang melakukan aksi yang tidak terpuji, seperti melakukan aksi tawuran, kekerasan, penipuan, seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, dan lain-lain.

Hal ini sangat berbalik tentunya. Belum lagi pendidikan kepada para pemuda-pemudi tidak memberikan mereka akan pembelajaran budi pekerti. Artinya, pendidikan pembentukan karakter yang mengedepankan hal-hal positif, seperti bertanggungjawab, toleransi, saling menghormati, menghargai, patuh terhadap asas-asas yang diteladankan, belajar akan sebuah makna kehidupan, dan lain-lain.

Pembelajaran akan hal itu sangat minim. Kalau pun ada, biasanya hanya berbasis kepada teoritis, dan jarang ada impelemantasinya atau penerapannya. Pada akhirnya, pemuda-pemudi hanya mendapatkan pembentukan otak tidak seimbang. Seharusnya, ada keseimbangan pendidikan dan pembentukan antara otak kanan, otak kiri, dan otak tengah. Dengan itu, tercipta suatu keseimbangan hidup dalam membentuk karakter pemuda-pemudi yang berahlak dan cerdas.

Bahkan, hari Sumpah Pemuda, yang jatuh tiap tanggal 28 Oktober biasanya hanya menjadi seremonial belaka atau hanya dirayakan semata. Pemuda-pemudi ingat mereka harus berjuang kala datangnya tanggal 28 Oktober itu. Sesudah itu, watak dan karakter pemuda-pemudi kembali lagi dalam kondisi semula. Mereka lebih condong pada masa depan tanpa mengambil hikmah perjuangan para pendahulu mereka.

Padahal, Sumpah Pemuda harusnya jangan menjadi perayaan saja. Era sekarang, justru datangnya sumpah pemuda hanya dijadikan trend merubah status pemuda-pemudi. Entah itu Facebook, twitter, ataupun Blackberry. Dalam statusnya, mereka membanggakan diri akan Sumpah Pemuda. Namun, sikapnya terkadang masih jauh dari hakiki perjuangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline