Depok - Menjelang pertengahan tahun, masyarakat kembali disuguhkan kemasan menarik hati oleh pusat-pusat perbelanjaan, yakni sale besar-besaran hingga mencapai 70%. Tentu siapa yang tidak tergoda, baik perempuan maupun laki-laki terpancing umpan sale besar-besaran tersebut.
Mengaggumkan bukan. Harga suatu barang yang tadinya mencapai jutaan, kini dengan momentum sale besar-besaran, harga barang tersebut menjadi setengah harga, bahkan melebihi setengah harga.
Iklan yang memukau, baik dipajang di media cetak maupun media elektronik, pada akhirnya mampu membuat masyarakat tersihir dengan pesona sale besar-besaran yang ditayangkan oleh pusat-pusat perbelanjaan.
Sebut saja salah satu pusat perbelanjaan atau biasa disebut mall, yang berada di daerah Depok. Pada awal bulan dipertengahan tahun, biasanya mall tersebut sudah mulai melancarkan strategi penjualan dengan memasang iklan berisiikan sale besar-besaran.
[caption id="attachment_192596" align="aligncenter" width="403" caption="Seorang pengunjung tengah memilih barang berdiskon. Dok.pribadi"][/caption] Sontak masyarakat berkerumunan dan berbondong-bondong datang ke mall tersebut untuk menyambut sale besar-besaran yang dipentaskan oleh mall tersebut.
Mulai dari tas, pakaian, sepatu, aksesoris, peralatan rumah tangga hingga kebutuhan segala macam bayi dibanting harga mencapai setengah harga atau bahkan melebihinya.
Tentu bagi masyarakat, momentum itu menjadi kesempatan untuk berbelanja barang-barang setengah harga. Yang mungkin saja saat sebelumnya belum bisa membeli dikarenakan tingginya harga tersebut.
Bagi sebagian orang, kesempatan tersebut juga digunakan untuk melepas kepenatan dari aktivitas sehari-hari di Kota Jakarta, yaitu berbelanja.
Dari segi psikologis, memang manusia membutuhkan semacam hiburan guna mengimbangi bathin yang sering tertekan dengan segala permasalahan yang ada. Sehingga berbelanja menjadi salah satu sarana untuk melampiaskanya.
Namun, berbicara masalah berbelanja, banyak dari masyarakat kita justru menjadikan berbelanja sebagai pelampiasan emosi dari permasalahan yang ada. Ini bukan berarti benar sepenuhnya dan salah sepenuhnya. Pasalnya, tidak ada salahnya masyarakat menyeleraskan antara logika dan emosi dirinya dalam berbelanja.
Bilamana masyarakat hanya menjadikan berbelanja sebagai sarana pelampiasan, maka disayangkan. Soalnya, berbelanja hanya sebagai penebus hawa nafsu tanpa melihat sisi kebutuhanya.