Lihat ke Halaman Asli

Brandon Handana

Santa Maria Fatima--------Sma Kolese Kanisius. Sebagai pelajar jurusan ipa

Definisi dan Fungsi Teks Anekdot dalam Dunia Nyata

Diperbarui: 18 Mei 2023   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Presiden ke-4 Indonesia, bapak Abdurrahman Wahid, atau sering dikenal dengan Bapak Gus Dur. Selama masa jabatannya, beliau merupakan orang yang harmonis. Seringkali beliau menyampaikan beberapa pernyataan melalui bentuk teks anekdot. 

Pak Gus Dur melakukan ini tidak hanya untuk lelucon, tetapi untuk mempermudah juga apa yang Beliau ingin sampaikan kepada masyarakat. Tetapi sebelum itu, kita harus mengetahui latar belakang Pak Gus Dur, Beliau juga sangat aktif sebagai penggiat HAM, aktivis demokrasi, dan tokoh toleransi agama. Maka beliau sangat bertoleran terhadap sikap-sikap yang begitu membeda-bedakan derajat manusia berdasarkan agama, suku, dan budaya. Oleh maka itu Pak Gus Dur sangat hebat dalam menarik perhatian, biasanya dalam kelucu dan mengandung suatu pesan atau nilai moral. Maka itu penyampaian secara bentuk anekdot sering kali Beliau gunakan.

Jika secara definisi, Teks anekdot merupakan sebuah cerita rekaan yang singkat dan padat, bersifat lucu dan mengesankan, berhubungan dengan tokoh penting/terkenal dan berdasarkan peristiwa yang sebenarnya. Cerita ini mengandung pesan mendalam yang berhubungan dengan kebenaran umum. Tetapi perlu diingat bahwa teks anekdot memiliki karakteristik yang khas kepadanya yaitu berupa sindiran mengenai suatu permasalahan. Seperti apa yang Pak Gus Dur sering lakukan. Sifat keunikan inilah yang membuat suatu teks berupa teks anekdot. Tidak terpengaruhi dengan bentuk deskriptif, naratif, jika teks tersebut menyampaikan suatu sindirian dengan cara humoris, itulah yang berupa teks anekdot. Salah satu contoh teks anekdot ialah berikut:

 "Saat di Surga, Pak Sukarno sedang memikirkan kepemimpinan presiden Indonesia di masa depan. Lalu datanglah B.J Habibie, oleh sebab itu, Pak Sukarno mengajukan pendapat baru. 

Pak Soekarno: "Aku ingin menyalonkan cucu saya sebagai calon presiden pada pemilihan umum di masa depan. Apa pendapatmu?" 

B.J Habibie   : "Maaf pak, saya pikir itu tidak mungkin. Cucu bapak mungkin punya kemampuan yang luar biasa, tapi untuk menjadi presiden, diperlukan pengalaman dan reputasi yang baik." 

Pak Soekarno: "Tapi saya yakin. Siapapun bisa belajar dan mempersiapkan diri dengan baik. Bukankah saya sendiri dulu juga bukan siapa-siapa saat menjadi presiden?" 

B.J Habibie   : "Tapi pak, saat itu situasinya berbeda. Anda adalah salah satu penyumbang saran akan terbentuknya pendidikan pertama di Indonesia untuk generasi muda bangsa." 

Pak Soekarno: "lalu kalo Cucu saya??" 

B.J Habibie   : "Cucu bapak kan anaknya hiu....." 

Pak Soekarno: "Hah?!.... Maksudnya apa??" 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline