Lihat ke Halaman Asli

Bramyand Manaloe CPS CPM

Pembicara, Penulis, Mentor dan Inisiator Gerakan Spiritual Universal Pancasila

KRITIK TAK SIMPATIK ANIES

Diperbarui: 6 Juni 2017   01:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

https://today.line.me/ID/article/91c53af1a53d6561cafad4f8fcf76da49590de2d86831b1e1cfd5c3f2cc1f101

Inilah contoh kritik yang out of context alias tidak berkenaan dengan maksud Presiden dalam menyikapi kondisi bangsa saat ini. Sebagai orang yang terbiasa dengan dunia training atau pelatihan, saya sangat menyayangkan kritik Gubernur Jakarta yang belum dilantik ini.

Kalimat 'Saya Indonesia, Saya Pancasila', kalau dalam bahasa NLP atau Neuro Linguistic Programming itu digunakan sebagai afirmasi kepada diri yang mengucapkannya. Yah, semacam bagian dari tehnik anchoring, sebuah tehnik persuasi diri. Jadi, orang yang mengucapkan kalimat itu sedang mengirim pesan ke alam pikiran bawah sadarnya bahwa dirinya adalah orang Indonesia penganut Pancasila. Jelas ini adalah bahasa motivasi diri. Presiden Jokowi sebagai pemimpin negara sedang mengajak warga negara yang dipimpinnya untuk memotivasi diri dan meyakinkan diri masing-masing dengan mengatakan kepada diri sendiri bahwa "Saya adalah orang Indonesia berfalsafah Pancasila."

Kenapa Presiden Jokowi harus membuat slogan seperti ini? Karena jelas sekali belakangan sebagian warga bangsa ini ada yang membelot dari Pancasila atas dasar kebutaannya dalam hal beragama karena "terjebak" atau "dijebak" pakai kacamata kuda. Banyak orang Indonesia yang sudah menjadi seperti kacang lupa akan kulitnya, baik itu di pemerintahan dari Aparatur Sipil Negara, TNI, Polri bahkan sampai ke lapisan masyarakat paling bawah. Mulai dari Profesor, Senator, Jenderal, Konglomerat, Ahli Hukum, Dosen, Guru, Ulama hingga kepada rakyat yang kurang berpendidikan & kurang beruntung.

Apa yang dilakukan Presiden Jokowi adalah sangat tepat sebagai seorang negarawan yang wajib mengayomi warga negaranya untuk tetap fokus kepada Pancasila sebagai Falsafah Bangsa dan Negara yang sudah sangat teruji oleh zaman, bahkan sejak zaman pra kemerdekaan terutama nilai-nilai Pancasila yang memang sudah ada dalam praktek hidup masyarakat kita sejak dulu kala.

Justru, sekarang yang patut dikritisi adalah ada apa dibalik kritik Anies Baswedan yang out of context ini? Sebagai mantan Menteri Pendidikan, masak tidak tahu sedikit pun tentang pendidikan NLP yang berkaitan dengan pengembangan Sumber Daya Manusia. Rasanya tidak masuk akal. Apa saja yang dikerjakannya saat menjadi Menteri Pendidikan? Bagaimana nanti kalau menjadi Gubernur DKI Jakarta? Jangan jangan akan ribut soal politik atau anggaran melulu yang bikin rusuh dan kacau Jakarta sehingga mandeg pembangunannya. Belum lagi kalau ternyata menghadapi masalah-masalah hukum. Oh ya. Gubernur itu di bawah Menteri, lho. Kalau waktu jadi Menteri saja bisa dipecat, apalagi saat menjadi Gubernur juga bisa saja akan mengalami nasib yang sama jika tidak mau sejalan dengan sang Presiden. Gubernur itu perwakilan Pemerintah Pusat di daerah. Jangan terlalu merasa seperti di atas angin hanya karena baru menang dari pertarungan hasil rekayasa dari sebuah kompetisi yang sangat tidak sehat dan terburuk sepanjang sejarah Jakarta. Belum dilantik saja sudah berani kritik pimpinan pusatnya. Main yang cantik sedikitlah jangan terlalu kasar begitu seperti di Pilkada Jakarta dua bulan lalu. Memang bisa dipahami segala titipan bos pendukungmu yang ada di pundakmu saat ini sebagai konsekuensi hitung-hitungan sebuah kontestasi politik. Tapi mbok ya kasih kritikan itu yang lebih berbobot bukan asal bacot sehingga tidak akan terlihat sebagai kritik yang tidak simpatik seperti ini lagi di kemudian hari. 

Di sisi lain, Anies sangat tidak layak bicara tentang Pancasila sementara dia menang Pilkada DKI Jakarta 2017 saja dengan isu SARA yang didisain sedemikian rupa dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Siapa Anies untuk bicara Pancasila dan mencoba mengkritik Presiden Jokowi sementara lawan politik Jokowi adalah rivalitas dalam Pilpres 2014 lalu yang menistakan Pancasila dengan menjadikan lambang burung Garuda Pancasila dengan satu warna merah saja dan itu tidak lain adalah ulah bosnya Anies sendiri dari partai pendukungnya, Gerindra. Hmmm...saya kok sepertinya mencium ada aroma yang tak sedap ya... Whatever.

Pesan saya sederhana saja kepada Pak Anies Baswedan: "Tolong tunjukkan saja kerja dan kinerjamu. Buktikan jika anda Pancasilais dan berprestasi". Masyarakat Jakarta menunggu apa karya nyatamu yang bisa kau tinggalkan buat Jakarta nanti. Jangan cuma omdo. Kalau belum kompeten jangan paksakan diri, terutama dalam hal mengkritik atasanmu sendiri yang kerjanya sudah sangat nyata dirasakan masyarakat bukan cuma di Jakarta tapi di seluruh Indonesia. Anda baru mau mulai memimpin Jakarta saja, sudah sok mengkritik Presiden. Hati-hati kualat lho kalau terlalu sering menzhalimi orang baik dan berprestasi di negri ini. Ingat. Tuhan tidak tidur. Dan rakyat tidak selamanya bisa dibodohi.

Dari Warga Jakarta Pengawal Pancasila




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline