Pembangunan infrastruktur menjadi prioritas pemerintah. Hal ini diperlihatkan dalam nota keuangan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi dihadapan rapat paripurna DPR 2016, dan disaksikan juga oleh masyarakat Indonesia. Negara akan menganggarkan belanja sebesar Rp.2.070.5 Triliun pada RAPBN 2017. Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dari total jumlah belanja tersebut, prioritas utama tetap akan difokuskan pada pembiayaan infrastruktur, sebagaimana janji Presiden Jokowi, Indonesia akan dibangun merata. Tidak lagi jawa sentris, namun indonesia sentris.
Pembangunan infrastruktur besar-besaran sudah mulai dikerjakan oleh pemerintah sejak Presiden Jokowi mulai menjabat. Baik itu memulai lagi pembangunan infrastruktur yang sempat mangkrak di masa lalu, mengeksekusi pembangunan infrastruktur yang sudah direncanakan pada periode masa lalu, bahkan membuat infrastruktur baru. Untuk membiayai itu semua, pembiayaan tidak hanya bersumber dari APBN dan APBD, namun pemerintah rela ber hutang.
Sampai saat ini sudah terlihat proyek-proyek infrastruktur yang dilakukan, baik yang telah selesai maupun yang sedang berproses. Proses fisiknya telah terlihat, tidak lagi hanya sekedar rencana-rencana dan wacana saja. Berbagai foto, video, bahkan ada yang melihat langsung terkait pembangunan infrastruktur jalan tol trans sumatera, trans kalimantan, kereta api trans kalimantan dan sulawesi, jalan trans papua, jalan tol trans jawa. Begitupun dengan pembangunan pelabuhan dan bandara, pembangunan akses listrik dan telekomunikasi sedang digiatkan.
Untuk siapa infrastruktur itu?
Menurut wakil presiden Bank Dunia, Negara-negara di Asia Timur dan Pasifik memberikan kontribusi siginifikan para pertumbuhan ekonomi global. Posisi Indonesia sangat strategis dalam jalur perdagangan dunia terutama perdagangan antara eropa dan asia, antara australia dan asia. Jalur-jalur perdagangan mereka melewati Indonesia. Asia Tenggara merupakan kawasan yang ambil bagian dari pendulum raksasa perdagangan antara eropa dan asia timur. Ada empat negara Asia Tenggara yang mengambil peran dalam perdagangan tersebut yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand, bahkan Vietnam kini mulai bergerak untuk ambil bagian juga.
Indonesia diperkirakan akan mendapatkan bonus demografi tahun 2020 - 2030. Diperkirakan pada periode tersebut, jumlah penduduk produktif indonesia (usia 15-64 tahun) sekitar 70%. Selain penduduk produktif yang banyak, Indonesia juga memiiki daratan dan lautan yang sangat luas dibandingkan negara tetangga dari Asia Tenggara.
Sebagaimana dalam ilmu ekonomi bahwa manusia dan lahan atau sumber daya alam merupakan modal ekonomi. Siapa yang mampu menguasainya maka dia akan menguasai dunia ekonomi. Zaman sebelum kemerdekaan, kesuburan lahan indonesia yang menghasilkan banyak sumber daya alam menjadi buruan banyak negara, diantaranya Belanda, Perancis, Portugis, dan Inggris. Setelah kemerdekaan pun hingga sekarang, Indonesia tetap menjadi incaran banyak negara untuk menguasai sumber daya alam di bawah perut bumi seperti minyak, gas, dan berbagai bahan mineral. Sedangkan, manusia Indonesia dari sebelum kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan masih banyak yang dijadikan budak, anak buah atau pekerja bagi perusahaan-perusahaan asing. Jika dulu saat sebelum kemerdekaan perusahaan itu bernama VOC, namun kini perusahaan-perusahaan itu menjelma dengan berbagai branding.
Nantinya, dengan jumlah penduduk produktif yang banyak, lahan yang luas, posisi geografi negara yang sangat strategis, ditunjang pula dengan infrastruktur yang mumpuni, tentunya membuat perusahaan-perusahaan asing semakin tergiur untuk berinvestasi di Indonesia. Bagaimana tidak, fasilitas tersebut merupakan fasilitas yang menggiurkan dalam aspek supplai chain barang dalam perdagangan dunia seperti perdagangan antara eropa dan asia timur. Mereka bisa mendirikan fasilitas bisnis di Indonesia atau di negara-negara asia tenggara lainnya untuk menunjuang bisnis mereka, apakah itu fasilitas produksi, fasilitas distribusi, hingga fasilitas pemasaran. Hadirnya mereka tentunya membuat ekonomi Indonesia akan terangkat naik, jumlah penduduk indonesia yang banyak tersebut nantinya mendapat wadah untuk bekerja, namun apa peran rakyat indonesia pada momen tersebut? apakah tetap menjadi pekerja atau budak dari perusahaan asing itu? atau mampu ikut menjadi pemain utama dalam supplai chain tersebut?
Bung karno pernah berujar bahwa
"kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe, kita tak akan mengemis, kita tak akan meminta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel embeli dengan syarat ini syarat itu, lebih baik makan gaplek tapi merdeka, daripada makan bistik tapi budak"
Tersirat dari makna ujaran bung karno tersebut, Bahwa rakyat Indonesia harus mandiri, berdiri di kaki sendiri. Untuk hidup memang perlu duit, tapi usahakan agar duit itu datang dari kaki kita sendiri, bukan dari menjadi budak negara lain walaupun dikasih makan bistik atau gaji besar.