Lihat ke Halaman Asli

Angra Bramagara

Orang Biasa

Inovasi dan Perbaikan Diri Dibalik Target Tinggi Presiden Jokowi

Diperbarui: 8 Desember 2015   16:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi"][/caption]Pak Presiden Jokowi tidak beberapa lama setelah menjabat, langsung merencanakan beberapa proyek pembangunan infrastruktur dengan target waktu penyelesaian tertentu, mulai dari waduk, bendungan, pembangkit listrik, jalan tol. jalur kereta api, pelabuhan, swasembada pangan, dan juga menetapkan target pendapatan negara dari pajak. Banyak proyek tersebut diharapkan selesai sebelum tahun 2019 atau sebelum masa jabatan Presiden Jokowi berakhir. Banyak orang beranggapan target-target itu tidak masuk akal, malahan ada yang bilang saraf, gila. Pak Jokowi juga gak marah kok dibilang gila atau syaraf, asal tidak menyinggung atau merendahkan kewibawaan lembaga negara.

Sampai saat ini, proyek-proyek infrastruktur itu sedang berjalan, apakah nanti berhasil mencapai target atau tidak? kita tak tahu, harapan kita adalah target tercapai. Saat ini, hanya target pajak yang bisa dilihat pencapaiannya, karena jangkanya hanya satu tahun. Pemerintah Jokowi sebenarnya menginginkan target penerimaan pajak lebih tinggi dari target pajak tahun sebelumnya sebesar Rp. 600 Triliun, namun setelah bernegosiasi dengan parlemen ternyata hanya diberi kenaikan target pajak sebesar Rp. 222,3 Triliun. Ini berarti target pajak tahun 2015 adalah Rp. 1.294,3 Triliun, naik 20,7% dari target tahun sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, ternyata hingga saat ini target pajak itu belum tercapai. Dirjen Pajak yang baru beberapa bulan menjabat pun mundur, karena tidak mampu mencapai target yang dibebankan.  Kementerian keuangan memprediksi bahwa penerimaan pajak hingga akhir tahun hanya bisa tercapai sekitar 85% saja dari total target yaitu sebesar Rp. 1.099 Triliun. Akan ada kekurangan penerimaan pajak sebesar Rp. 195 Triliun.

Jika penerimaan pajak berhasil mendapatkan Rp. 1.099 Triliun, ini berarti kinerja direktorat pajak cukup lumayan dari tahun sebelumya, karena berhasil mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp. 117.1 Triliun lebih tinggi dari penerimaan pajak 2014 yang hanya sebesar Rp. 981,9 Triliun. Namun jika dilihat dari kinerja dari pencapaian target penerimaan tahun ini dibandingkan tahun 2014, maka untuk tahun ini cukup mengecewakan, karena diperkirakan hanya mampu mencapai 85% saja dari target, sedangkan tahun 2014 berhasil mencapai 91.5% dari target pajak, terlepas dari faktor ekstenal yang mempengaruhinya.

Apa alasan pemerintah menetapkan target pajak begitu tingginya, bahkan berkeinginan menambah penerimaan sebesar Rp. 600 Trilun untuk tahun ini dari target pajak tahun sebelumnya? Andai nilai tersebut disepakati oleh parlemen, barangkali persentase penerimaan pajak untuk tahun ini hanya 66%. Pencapaian ini barangkali adalah kinerja persentase penyerapan pajak terburuk di negara ini. Alasan pemerintah tentu saja untuk membiayai pembangunan infrastruktur di Indonesia yang dikebut pengerjaannya, dan dilakukan sekaligus seluruhnya, sehingga butuh duit banyak. Andai saja dulu berangsur-angsur dibuatnya, tahap demi tahap barangkali duit yang dibutuhkan tidak sebesar sekarang. Tapi ya sudah lah. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Namun ada pelajaran manajemen yang tersirat dari pencapaian target tinggi oleh Presiden Jokowi. Pelajaran itu adalah mengenai perbaikan secara terus menerus untuk menjadi lebih baik, dan pelajaran untuk berinovasi.

Perbaikan secara terus menerus

Untuk terus memperbaiki diri, sebaiknya kita mematok diri dengan nilai lebih baik dari hari kemaren. Kalau sekarang kita hanya mendapat nilai 6, maka esok kita harus memasang target mendapat nilai 10. Barangkali saat diberitahu target demikian ada yang ngomel karena target tersebut dirasa tidak masuk akal (ah itu barangkali cuman perasaan saja). Ya, setelah melihat hasilnya pada esok hari maka ada dua kemungkinan yaitu hasil tersebut tercapai dan tidak tercapai. Jika tercapai maka naikkan lagi nilai tersebut pada esok harinya, namun jika tidak tercapai berarti terjadi masalah.

Nilai ekspektasi - nilai hasil adalah masalah. Ketika masalah itu terjadi, maka tugas kita untuk mencari dimana sumber masalahnya, dan perbaiki lah sumber masalah tersebut. Setelah diperbaiki dan dicoba lagi, ternyata tidak tercapai lagi, maka cari lagi sumber masalahnya, dan perbaiki, begitu terus sampai target tersebut tercapai.

Kehidupan ini berisi komponen-komponen atau elemen-elemen yang menyusun sistem dengan jumlah yang begitu banyaknya, bahkan elemen tersebut hingga berukuran seperti debu, tidak terlihat namun dapat dirasakan. Pada dunia penerbangan atau dunia berteknologi tinggi, setitik debu tak boleh menyentuh perangat sistem karena bisa memepengaruhi kinerja sistem tersebut.

Selain itu, barangkali di satu waktu ketika kita perbaiki suatu sumber masalah hanya berkutat pada satu elemen saja, belum menyentuh elemen lainnya, padahal bisa saja elemen lain itu juga ikut mempengaruhi masalah itu terjadi. Jadi wajar jika terjadi lagi masalah karena perbaikannya tidak memandang whole system, sistem secara keseluruhan.      

Jadi, kalau ingin maju maka kita harus berani pasang target tinggi, kemudian mem push diri untuk mencapai target itu. Jika tidak tercapai maka jangan putus asa, cari sumber masalahnya, perbaiki, dan belajar. Begitu terus siklusnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline