Pernah dengar cerita produk inovatif namun belum terlalu dilirik oleh banyak orang? mungkin cerita itu bisa kita simak dari kehadiran mobil listrik. Di negara kita, Indonesia, kita mengenal sosok Dahlan Iskan. Sewaktu beliau menjabat menteri BUMN, beliau memiliki proyek pribadi yakni mobil listrik. Pak Dahlan sempat memiliki prototipe mobil listrik. Mobil itu diberi nama "Tuxuci", sebuah mobil mirip mobil "ferrari". Mobil itu karya salah seorang anak bangsa yang diproduksi di dalam negeri. Pak Dahlan pun sempat melakukan turing menjajal mobil tersebut. Nasib berkata lain, umur mobil itu tidak panjang karena mengalami kecelakaan. Tidak puas hanya memiliki Tuxuci, ternyata Pak Dahlan memesan mobil listrik lain untuk diproduksi dan dikembangkan, mobil itu diberi nama "Selo". Sama halnya dengan Tuxuci, Selo pun karya anak bangsa dan diproduksi di dalam negeri. sumber gambar: https://acara-event.com
Selain mengoptimalkan sumber daya di dalam negeri, Pak Dahlan Iskan bahkan mengundang anak bangsa yang memiliki keahlian terkait mobil listrik, Ricky Elson, yang saat itu berada di Jepang untuk kembali ke Indonesia dan menjadi bagian dari proyek mobil listrik nasional. Pak Dahlan pun menawarkan seluruh gaji menteri nya untuk diberikan ke Ricky. Ricky menerimanya dan bersedia kembali ke Indonesia untuk ikut mengembangkan mobil listrik bersama Pak Dahlan Iskan. Namun setelah berhasil mengembangkan mobil listrik, Ricky kembali ke Jepang karena merasa kecewa pada pemerintah yang tak kunjung mengeluarkan izin mobil listrik hasil pengembangannya bersama rekan-rekan lain. Kekecewaan pun menimpa Pak Dahlan akibat hengkangnya Ricky dari proyek mobil listrik. Setelah tidak lagi menjadi Menteri BUMN, Pak Dahlan bahkan masih akan terus mengembangkan serta memproduksi mobil listrik. Sebegitu gigihnya Pak Dahlan akan proyek mobil listriknya itu. Sebagaimana kita tahu bahwa mobil listrik merupakan sesuatu yang baru di Indonesia, bahkan di dunia. Kendaraan yang umum digunakan sampai saat ini masih berbahan bakar minyak bumi. Infrastruktur yang ada sampai saat ini masih mendukung untuk kendaraan berbahan bakar minyak. Melihat kondisi ini tentu masyarakat akan memilih menggunakan mobil berbahan bakar minyak. Namun kenapa Pak Dahlan begitu gigihnya untuk mengembangkan mobil listrik? Pak Dahlan pasti memiliki motivasi dibalik aksinya itu. Menyimak sedikit cerita tentang Pak Dahlan Iskan dan mobil listriknya tersebut, bisa dikatakan Pak Dahlan ingin bergerak lebih cepat. Kenapa Pak Dahlan harus memulainya dari sekarang, kenapa tidak nant-nanti saja, toh mobil konvensional masih sangat mendominasi kendaraan saat ini apalagi didukung infrastruktur yang memadai. Sedangkan mobil listrik? siapa yang mau beli? buang-buang waktu dan tenaga saja. Seperti telah saya sampaikan pada artikel saya sebelumnya bahwa sebelum bergerak tentu kita harus memiliki motivasi terlebih dahulu untuk bergerak lebih cepat, kemudian harus ada acuannya sebagai indikator yang menunjukkan bahwa kita telah bergerak lebih cepat. Motivasi Pak Dahlan adalah ingin supaya bangsa Indonesia memiliki mobil nasional. Untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain, tidak mungkin melalui produk mobil konvensional yang berbahan bakar minyak, dimana bangsa-bangsa lain itu telah mengembangkan dan memproduksi produk tersebut puluhan tahun dan tentu sulit untuk dikejar. Oleh karena itu, Pak Dahlan lebih memilih mengembangkan mobil listrik, karena bangsa-bangsa lain pun baru memulainya. Jika dilihat dari motivasi Pak Dahlan, Pak Dahlan mungkin ingin menyusul negara lain yang juga sedang giat-giatnya mengembangkan mobil listrik sebagai acuannya, seperti ingin mengejar Tesla sebagai salah satu produsen mobil listrik ternama di Amerika yang mungkin saja teknologinya sudah lebih maju. Sehingga dengan bergerak lebih cepat, teknologi tersebut masih dapat dikejar dan mungkin akan lebih mudah mengejar brand nya yang barangkali masih bisa menyamai Tesla serta lebih cepat membawa brand mobil listrik indonesia ke seluruh dunia yang juga ikut berpacu dengan brand produsen-produsen dunia lainnya. Apakah sudah pantas mobil itu dikembangkan saat ini? jika melihat kondisi negara ini yang masih mendukung mobil konvensional. Mungkin jawab nya sudah. Hal ini karena negara-negara lain sudah memulai mengembangkan mobil listrik. Kita harus "start" serentak dengan mereka agar kita di masa depan tidak lagi hanya menjadi konsumen seperti saat ini. Di masa depan kita harus mampu berdiri sejajar dengan bangsa lainnya dalam dunia otomotif. Indonesia akan punya brand serta produk yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh dunia. Selain itu, cepat atau lambat, mobil listrik pasti akan digunakan banyak orang seperti halnya mobil konvensional saat ini. Hal ini karena ketersediaan minyak bumi semakin menipis. Sedangkan listrik adalah produk hilir dari segala sumber energi, apakah itu minyak bumi, panas bumi, gas, batu bara, gelombang laut, angin, surya, biomassa, nuklir, dll. Keseluruh sumber energi itu ujung-ujungnya akan menghasilkan listrik. Jadi mengembangkan mobil listrik dari kini rasanya tidak ada ruginya. Malahan itu akan menjadi investasi bangsa ini di masa depan. Bergerak adalah sebuah proses yang didalamnya ada efisiensi. Apakah pergerakan itu akan berjalan efisien? Karena inefisiensi merupakan momok ketika kita harus bergerak lebih cepat. Ketika kita dipaksa bergerak lebih cepat maka bisa saja akan membutuhkan energi dan upaya lebih besar daripada bergerak normal. Dampak yang bisa ditimbulkan bisa saja kita tidak sampai ke "garis finish" karena kehabisan tenaga. Menyimak cerita Pak Dahlan, ya mungkin saat ini memang butuh upaya keras agar proyek ini minimal bisa tetap berjalan. Mungkin tidak sedikit energi yang dikuras agar proyek ini tetap berjalan. Intinya proyek ini harus tetap berjalan. Pak Dahlan tentu memiliki kapasitas yang terbatas. Saya yakin beliau tidak mau tertinggal jauh dari produsen-produsen lainnya sebagai acuan beliau untuk menjadikan mobil listrik kebanggaan Indonesia dipandang dunia di masa datang serta sejajar dengan produsen dunia lainnya. Oleh karena itu, beliau ingin bergerak lebih cepat, bergerak lebih cepat juga butuh dukungan dari kapasitas lingkungan dimana aksi itu dilakukan. Dalam konteks ini adalah kapasitas pemerintah untuk memberikan fasilitas dan infrastruktur pendukung, kapasitas perguruan tinggi untuk melakukan riset dan pengembangan, kapasitas industri yang akan memproduksi secara massal, serta kapasitas masyarakat melalui dukungan moril dan mudah-mudahan mau menggunakan mobil tersebut sebagai kebanggaan nasional dan sebagai rasa syukur dan cinta produk Indonesia. Mari dukung mobil listrik nasional agar bisa bergerak lebih cepat mengejar bangsa lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H