Lihat ke Halaman Asli

Angra Bramagara

Orang Biasa

Kesehatan Untuk Kehidupan Mahasiswa Perantauan

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14200292681963818605

Masa-masa mahasiswa menurut saya merupakan masa yang sangat riskan terhadap kesehatan. Pada masa ini sebagian dari masyarakat kita memilih merantau untuk melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi, perguruan tinggi, dimana hidup jauh dari orang tua. Dan dimasa ini, setelah umur melewati 17 tahun, kecendrungan kita untuk mencoba hal-hal baru terutama dalam hal lifestyle.

sumber gambar: http://www.sport.bham.ac.uk

Dari lahir hingga masa remaja atau hingga masa Sekolah Menengah Atas (SMA), sebagian besar dari kita tinggal bersama orang tua. Pada saat itu kondisi makanan yang kita konsumsi cendrung dikategorikan makanan sehat. Mulai dari sarapan, makan siang, hingga makan malam disediakan oleh orang tua. Bahkan pola makan pun diatur oleh orang tua. Mungkin  sebagian dari mereka membeli makan siang di luar (jajan) karena pada siang hari mereka masih berada di sekolah atau berada di luar rumah. Namun kemungkinan besar pada saat sarapan dan makan malam, mereka mengkonsumsi hidangan makanan yang disediakan orang tua. Tentu saja orang tua berusaha memberikan makanan sehat pada anak-anaknya. Sarapan di rumah, makan siang di luar, makan malam di rumah. Dalam periode makan per hari hanya satu kali makan di luar rumah atau membeli di luar.

Pada masa mahasiswa, pergaulan kita pun semakin luas dan eksistensi diri pun semakin ingin ditonjolkan. Jiwa anak muda bergelora, tidak berstatus ABG atau remaja lagi namun sudah masuk kategori dewasa. Hal ini diikuti pula oleh lifestyle kita dalam menonjolkan eksistensi diri, bergaul sana sini, mencoba sana sini, dsb.

Kita tinggalkan sebentar cerita tentang masa masa sekolah dan mahasiswa. Sebelum lanjut tentang mahasiswa, kita perlu tahu penyakit paling mematikan di dunia, dan banyak diderita oleh orang. Saya mendapatkan beberapa media yang merilis daftar penyakit yang tergolong mematikan dan banyak diderita orang. Dari sumber yang diperoleh berikut, diungkapkan jenis penyakit yang tergolong mematikan: Smallpox/cacar, Malaria, Jantung, Campak, Tubercholosis. Dari sumber lain, penyakit paling berbahaya yang mana sering diderita wanita seperti penyakit jantung, kanker payudara, kanker ovarium, kanker payudara, osteoporosis, infeksi saluran kemih dan ginjal. Dari media lain, diungkap hasil penelitian dari para peneliti internasional yang dikoordinasikan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) University of Washington yang mana merilis daftar penyakit penyebab kematian di Indonesia tahun 2013, urutan penyakitnya yaitu stroke, penyakit jantung, TBC, diabetes, pneumonia, asma, penyakit saluran pernapasan kronis, diare, kecelakaan lalu lintas, kanker paru paru.

Dari tiga sumber media yang saya peroleh sebagai “sample” itu, disitu terpapar beberapa penyakit yang dominan disebutkan yaitu penyakit jantung dan kanker, serta disusul oleh TBC. Sepengetahuan saya, penyakit yang ada dalam diri kita bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor lingkungan dimana kita berada, faktor pola hidup kita, faktor psikologi kita, faktor keturunan. Satu penyakit yang sering disebut yaitu penyakit jantung, dan penyakit ini menjadi sorotan saya pada artikel ini.

Penyakit jantung sepengetahuan saya merupakan penyakit yang merupakan salah satu penyakit yang tergolong kompleks karena penyakit ini disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor keturunan, faktor pola hidup dan faktor psikologis. Faktor-faktor itu sering disebabkan oleh faktor lingkungan dimana kita berada atau beraktivitas. Penyakit jantung pun sepengatahuan saya merupakan penyakit yang mampu merenggut nyawa sesorang secara mendadak tanpa didahului proses fase penyakit yang terlihat. Walaupun sebenarnya ada fase penyakitnya dan itu hanya dirasakan oleh penderita, namun seringkali fase-fase itu diabaikan orang karena merasa tidak terlalu menganggu aktivitas mereka dan bisa diredakan secara singkat. Hal seperti inilah yang sangat berbahaya, karena pembiaran indikasi-indikasi fase penyakit ini jika dibiarkan maka fase itu akan menumpuk dan pada ujungnya dapat menyebabkan kematian secara mendadak.

Sekarang kita kembali ke cerita tentang masa-masa menjadi mahasiswa.

Semasa menjadi mahasiswa, saya memiliki teman yang menurut saya cukup rajin berolahraga. Ketika dia mengajak saya untuk berolahraga bersamanya, dia mengatakan pada saya kira-kira begini.

Dia: “Suatu hari nanti selepas kuliah lo pengen berkeluarga nggak?”

Saya jawab :“ya, iya dong”.

Dia: “Lo pengen melihat anak lo besar, kuliah, trus menikah dan lo bisa menimang cucu nggak?” Saya: “hahahah…ya iya lah“

Dia: “Kalau begitu, hayuk kita jogging”

Percakapan singkat yang menurut saya memiliki arti yang dalam.

Setelah saya lulus kuliah, saya mendapatkan ayah saya terkena gangguan jantung dimana beliau harus masuk ruang operasi untuk dilakukan bypass. Saya melihat kondisi beliau setelah operasi yang masih berbaring di tempat tidur dimana banyaknya selang-selang yang menghubungkan tubuh beliau dengan peralatan pemantauan pasca operasi masih terpasang. Suatu kondisi yang menyedihkan sekaligus menakutkan bagi saya. Saya berharap kondisi demikian tidak terjadi pada saya. Dari sana lah dan dari diskusi dengan dokter jantung, saya mengetahui bahwa penyakit jantung bisa disebabkan karena faktor keturunan. Saya pun bisa berpotensi terkena penyakit jantung. Faktor keturunan di sini bukan dalam arti penyakit jantung orang tua pasti diturunkan pada anaknya, namun yang mungkin diturunkan adalah bentuk atau karakter dari dinding jantung yang ada dalam diri sang anak bisa diturunkan dari orang tua. Dokter tersebut menyarankan supaya keluarga yang salah satu anggota keluarganya terkena penyakit jantung supaya lebih menjaga kesehatan dalam artian perlu upaya yang lebih daripada keluarga yang dalam anggota keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit tersebut. Walaupun salah satu anggota keluarga terkena penyakit jantung, namun anggota keluarga lain sangat memungkinkan tidak terkena penyakit jantung dengan syarat mampu menjaga kesehatannya terutama mampu menjaga faktor pola hidup dan faktor psikologi. Faktor pola hidup di sini adalah kegiatan fisik (olahraga) dan makanan, sedangkan faktor psikologi ini adalah tingkat stress yang harus dijaga.

Menjadi mahasiswa apalagi mahasiswa perantauan merupakan masa-masa yang sebagian besar pelakunya sering mengalami gangguan pola hidup. Tugas kuliah yang bertubi-tubi datang terkadang memerlukan kerja ekstra untuk menyelesaikannya, dimana terkadang memerlukan kegiatan begadang hingga pagi hari. fisik dan mental terkuras.  Selain itu pergaulan lingkungan kost maupun pergaulan lingkungan mahasiswa yang perlu eksistensi diri, yang perlu mengembangkan diri, terkadang menyebabkan mahasiswa hidup tidak normal.

Selain itu, pada masa-masa mahasiswa yang sedang merantau mungkin sebagian besar mereka membeli makanan dari luar. Makanan yang mereka makan tiap hari tidak lagi dimasak oleh orang tua namun dimasak oleh orang lain yang tidak ada hubungan keluarga apapun dengan sang mahasiswa. Mulai dari sarapan hingga makan malam, mereka beli dari luar. Tidak ada jaminan bahwa makanan yang dibeli dari luar itu adalah sehat untuk diri kita, apakah itu makanan rumah makan, makanan siap saji, maupun makanan yang tergolong food and beverage yang banyak dijajakan di supermarket, karena proses pembuatannya tidak kita awasi atau kita lihat secara langsung, hanya menaruh kepercayaan dari orang lain seperti organisasi seperti BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Kita tidak mengetahui motivasi mereka menjual makanan apakah sekedar untuk berbisnis atau juga turut menjaga kesehatan para pembeli?

Melihat kondisi masa-masa mahasiswa apalagi yang sedang merantau, faktor lingkungan mungkin sulit untuk dihindari karena faktor ini harus kita hadapi. Namun faktor pola hidup dan psikologi saya kira masih bisa dikelola. Seperti memilih makanan yang akan kita konsumsi sesuai kondisi tubuh kita merupakan salah satu cara kita untuk mencegah penyakit datang ke tubuh kita terutama penyakit jantung. Perlu dikatahui bahwa penyakit jantung tidak selalu menyerang orang yang gemuk, namun orang kurus pun bisa terkena. Jadi berusaha untuk kurus agar terhindar dari penyakit jantung pun saya rasa tidak tepat, karena kemungkinan akan timbul penyakit lain dari aktivitas tersebut. Penyakit jantung terhindar namun penyakit lain datang. Oleh karena itu, makanlah secara cukup dan sehat.

Selain makanan, untuk mengelola faktor pola hidup. Hal lain yang saya kira harus dilakukan untuk menghindari penyakit adalah bergerak. Dengan bergerak, tidak hanya penyakit jantung yang dapat dihindari, namun juga penyakit lain juga dapat terhindar seperti diabetes, hipertensi, stroke, dst. Saya sarankan untuk bergerak secara teratur, dimana tidak dilakukan secara sembarangan. Aktivitas bergerak secara teratur itu seperti aktivitas berjalan dengan ritme yang konsisten, atau berlari dengan ritme yang konsisten dan kalau bisa terukur seperti melakukan olahraga.

Selama masa mahasiswa lah terutama bagi mahasiswa perantauan yang menurut saya aktivitas bergerak harus dilakukan lebih banyak. Aktivitas yang sebaiknya dilakukan untuk menjaga kondisi jantung  adalah aktivitas olahraga seperti jalan sehat, berlari, berenang, bersepeda, olahraga interval atau serangkaian latihan fisik berulang diselingi waktu istirahat . Kalaupun tidak bisa meluangkan waktu untuk berolahraga, maka kalau bisa ketika beraktivitas sehari-hari seperti kuliah, membeli makanan, ataupun berjalan-jalan di pusat perbelanjaan sebaiknya dilakukan dengan berjalan kaki dan ritme yang dilakukan selama berjalan sebaiknya dilakukan secara konsisten dan terukur.

Dengan bergerak, faktor psikologis kita akan dapat dikelola dengan baik. Bergerak di lingkungan yang hijau seperti di taman, atau di jogging track yang berada di tepian lapangan sepak bola dapat membuat kesegaran pada pandangan kita dan tingkat strees kita diharapkan bisa turun. Ketika bergerak dalam aktivitas olahraga, kita pun dapat melakukannya secara bersama-sama dengan teman-teman kita di lingkungan pergaulan seperti jogging bersama, bersepeda bersama. Bergaul sambil berolahraga maka badan akan sehat,  kondisi psikologi pun akan terjaga dimana tingkat stress akan turun setelah beraktivitas padat. Dari sisi kesehatan tubuh pun, dengan berolahraga maka dapat juga membantu menjaga kekuatan otak

Namun hal yang harus diperhatikan selama berolahraga adalah, tidak boleh berlebihan. Olahraga berlebihan akan berdampak negatif pada kondisi tubuh kita terutama pada kondisi jantung kita.

Apa yang diharapkan teman saya untuk bisa melihat anaknya besar, kuliah, menikah, serta kemudian menimang cucu, adalah harapan kita semua. Semoga kita mampu menikmati fase-fase bahagia itu dengan badan yang sehat, otak kuat, hati senang.

Di tahun baru ini, semoga kita lebih giat bergerak secara cukup. Kalau bisa pergerakannya dilakukan secara konsisten dan terukur. Serta memilih  mengkonsumsi makanan sehat.

Selamat bergerak, selamat hidup sehat, dan selamat tahun baru

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline