Lihat ke Halaman Asli

I Made Bram Sarjana

Analis Kebijakan

Pentingnya Konsistensi Agenda Transformasi Ekonomi Bali

Diperbarui: 7 Januari 2023   04:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. Kemenparekraf

Perekonomian Bali, tidak terbantahkan lagi amat bergantung pada industri pariwisata. Industri pariwisata telah mendorong perubahan besar terhadap perekonomian daerah Bali, dari sebelumnya berbasis pada ekonomi agraris hingga era tahun 1970-an, menjadi ekonomi berbasis jasa pariwisata mulai era tahun 1980-an hingga saat ini. 

Perubahan besar ini terjadi karena Bali melompati fase dari ekonomi berbasis sektor primer langsung menjadi perekonomian berbasis sektor tersier, tanpa sempat menjalani fase ekonomi berbasis sektor sekunder.

Hal ini wajar saja mengingat pariwisata menjadi potensi yang dimiliki Bali, dan amat strategis digunakan untuk mendorong percepatan kemajuan pembangunan daerah. Industri pariwisata juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri manufaktur, karena dampak lingkungannya yang relatif lebih kecil bila dibandingkan industri manufaktur. 

Selain itu, telah menjadi rumusan umum bahwa kemajuan ekonomi akan mengalami percepatan pertumbuhan apabila melalui proses industrialisasi, yang dapat meningkatkan nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan.

Permasalahan yang muncul adalah ketika pariwisata yang tumbuh dan berkembang demikian pesat, meninggalkan sektor-sektor ekonomi lainnya yang pada dasarnya juga menjadi potensi ekonomi Bali, yaitu pertanian dan kerajinan.

Ketika nilai tambah yang dihasilkan oleh industri pariwisata tumbuh berlipat ganda, nilai tambah yang dihasilkan pertanian dan kerajinan masih jauh tertinggal. Ketertinggalan terjadi karena proses industrilisasi atau hilirisasi pada sektor pertanian dan kerajinan tidak semasif sektor pariwisata.

Di sisi lain, pariwisata tergolong industri yang amat rentan. Isu gangguan kesehatan, gangguan keamanan, bencana alam, dengan seketika dapat menganggu kinerja pariwisata.

Hal ini telah ditunjukkan ketika terjadi Perang Teluk tahun 1991, dampaknya terasa hingga ke Bali. Demikian pula ketika terjadi di tahun 2000, kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali terganggu. 

Selanjutnya adalah Bom Bali tahun 2002 dan tahun 2005, terjadi eksodus wisatawan ke luar Bali. Bencana alam erupsi Gunung Agung tahun 2017, juga berdampak pada terhambatnya kedatangan wisatawan akibat ruang udara tertutup abu vulkanik.

Berikutnya adalah pandemi Covid-19 yang dampaknya mulai dirasakan pada Maret 2020, merupakan pukulan yang terdahsyat dari berbagai pukulan sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline