Ketika itu situasi di Palu, Sulawesi Tengah, penuh dengan ketidakpastian. Semua bangunan hancur lebur, listrik padam, saluran komunikasi mati, akses transportasi mati, dan bantuan masih sangat minim.
Sedangkan, semua orang kelaparan, dan anak-anak kehausan. Bayi menangis karena kedinginan. Situasi ini yang membuat sebagian orang bertindak nekat.
Lantas, warga berinisiatif mengambil beberapa makanan dan minuman dari toko-toko ritel yang ambruk. Gambaran itu yang muncul sesaat setelah gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, pada Jum'at (28/9).
Tindakan mengambil makanan dan minuman di toko yang bukan miliknya, disadari warga merupakan hal yang salah. Namun, itu terpaksa dilakukan sebagai usaha untuk bertahan hidup. Tak ada pilihan lainnya.
Melihat kenyataan itu, tak tepat bila kita menghakimi tindakan warga itu sebagai sebuah penjarahan. Pemerintah pun maklum dengan situasi itu. Oleh karenanya, nanti ritel yang barangnya diambil akan diganti oleh pemerintah.
Situasi seperti itu, tentu saja, merugikan khususnya bagi para pengusaha toko ritel di Palu. Sebagian pihak termasuk Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) juga kesal dengan kerugian yang terjadi. Namun ini selalu dibesar-besarkan oleh media.
Kita harusnya ingat dengan pernyataan Presiden Jokowi terkait adanya pengambilan beberapa bahan pangan dan minuman ini. Bahwa dalam situasi darurat itu sebaiknya tidak perlu terlalu dipermasalahkan, kita anggap sebagai bentuk kedermawanan toko terhadap korban gempa yang saat itu masih butuh bantuan kebutuhan dasar.
Toh, menurut Mendagri Tjahjo Kumolo, pemerintah akan menjamin seluruh barang yang diambil dan akan dibayar secepatnya oleh pemerintah daerah. Pihaknya juga menginstruksikan Pemda Sulawesi Tengah untuk menghubungi para pemilik toko membahas perihal pembayaran.
Bersamaan dengan itu, hingga kini pemerintah terus mengupayakan bantuan makanan dan minuman, termasuk penyediaan gardu mobile untuk memenuhi sementara kebutuhan listrik masyarakat.
Di tengah situasi darurat, tak perlu kita berdebat terkait masalah yang insignifikan. Lebih baik kita saling bahu-membahu untuk membantu saudara di sana. Bantuan, solidaritas, dan tenaga kita yang lebih berguna, dibandingkan celotehan nyinyir tak bertanggung jawab di media sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H