Lihat ke Halaman Asli

Braja Santika

Fasilitator

Pertanyaan Hidup Saat Berkenalan dengan Warga Kasepuhan Babakan Lama, Banten Kidul

Diperbarui: 27 Desember 2023   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Leuit (Lumbung padi tradisional). Foto: Dokumentasi pribadi

Mengunjungi tempat-tempat yang ditinggali masyarakat adat seperti di daerah Kasepuhan Banten Kidul, malah memunculkan banyak pertanyaan dalam diri. Bagaimana tidak, di tengah arus modernisasi dan globalisasi, ternyata masih ada kelompok masyarakat yang dengan teguh memegang adat tradisi nenek moyang yang berusia ratusan tahun.

Tapi memang begitu halnya ketika berkaitan dengan agama dan kepercayaan bukan? Ketika sebuah masyarakat meyakini bahwa adat tradisi tersebut sebagai pegangan hidup, maka akan tertanam dengan kuat dalam keseharian masyarakat.

Tahun ini, tepatnya di bulan Oktober, saya mendampingi teman-teman kelas 9 SMP Semi Palar Bandung melakukan 'Ekspedisi Kampung Adat', kegiatannya berupa live-in di tengah-tengah masyarakat adat. Tempat yang terpilih adalah kampung adat Kasepuhan Babakan Lama, yang terletak di wilayah Banten Kidul, Jawa Barat. 

Tentunya teman-teman sudah melakukan riset pendahuluan, terkait kebudayaan di kampung adat dan juga hal-hal yang harus mereka perhatikan seperti jarak tempuh menuju lokasi, transportasi yang harus digunakan, serta hal-hal sehari-hari yang mereka harus bersiap, seperti tidak ada toilet duduk, mandi dengan air dingin, dan makanan pokok di sana. Lumayan cukup jauh perjalanan yang ditempuh. Karena kami bersepakat untuk menggunakan kendaraan umum dari Bandung hingga ke lokasi. 

Pukul 6 pagi kami sudah berkumpul di Terminal Leuwi Panjang. Menggunakan Bus MGI, kami berangkat menuju ke Sukabumi. Kemudian kami ganti bus MGI lagi dari Terminal Sukabumi sampai ke Pelabuhan Ratu. Terakhir, kami sambung menggunakan mini bus, yang disebut elf, dari Terminal Pelabuhan Ratu hingga ke Pasir Kuray, Kabupaten Lebak, Banten. Dari sana kami berjalan kaki menuju Kampung Adat Kasepuhan Babakan Lama. Total waktu perjalanan kurang lebih 9 jam. Cukup lama karena bus yang kami tumpangi sering kali berhenti menaikkan/menurunkan penumpang.

Berbekal pengalaman teman-teman melakukan perjalanan di tahun sebelumnya, sesampainya di lokasi mereka bisa dengan cepat beradaptasi dan berbaur dengan masyarakat di Kasepuhan Babakan Lama. Tentunya karena masyarakat kasepuhan sendiri sangat ramah dan terbuka terhadap warga luar yang ingin belajar di sana. Saat kami datang, Abah Uhay selaku tetua adat, menyambut kami dengan baik, dan mempersilakan kami untuk belajar selama di kampung adat, "Anggap saja di rumah sendiri", ujarnya.

Hal yang paling menarik selama tinggal kasepuhan, teramati setiap keluarga di sana tampak tidak memiliki banyak pikiran, stress free, dan semua dilakukan atas dasar kekeluargaan, saling menghormati, saling tolong-menolong. Teman-teman sebagai pendatang selalu dibantu apa pun kebutuhan mereka. Dan rasa penasaran teman-teman pun terjawab walau hanya berkegiatan di sana selama empat hari saja.

Berjalan-jalan menyusuri sawah. Foto: Dokumentasi pribadi

Prinsip hidupnya sederhana, setiap orang tidak boleh mengambil yang bukan menjadi haknya, setiap orang harus memiliki kemampuan bertani, dan setiap orang harus menjunjung tinggi padi dan semua aspek yang menyertai prosesnya sebagai bagian hidup dari warga kasepuhan.

Hasilnya teramati mereka sangat menghargai sesama, menghargai alam, dan terutama padi sebagai makanan pokok. Terlihat saat makan, setiap orang harus menghormati hasil makanan yang akan disantap, yang laki-laki menggunakan iket, dan yang perempuan memakai kain samping. Rutin harian pun sangat sehat, karena sehari-hari bekerja di ladang/sawah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline