Haji Ali Akbar Navis(lahir di Kampung Jawa, Padangpanjang,Sumatera Barat,17 November1924 – meninggal 22 Maret2003 pada umur 78 tahun) ia adalah seorang sastrawandan budayawanterkemuka di Indonesia
Salah satu cerita pendek yang terkenal adalah Robohnya Surau Kami. Karyanya ia tulis pada 1955. Cerpen Robohnya Surau Kami juga terpilih sebagai salah satu cerpen terbaik pada majalah sastra Kisah. Cerpen ini mendekonstruksi logika kaum beragama tentang bagaimana seorang yang taat beragama justru dimasukkan Tuhan ke dalam neraka. Berikut ini dialog Tuhan Yang Maha Esa dengan Haji Saleh, Mengapa Akhirnya Haji Salen Dikirim Ke Neraka.
‘Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak isterimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.’ (Robohnya Surau Kami, 1986:16)
“Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal disamping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal, kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. hai, Malaikat, halaulah mereka (Robohnya Surau Kami, 1986:15)
Melalui kealimannya Haji Salen melalaikan pekerjaan dunia sehingga tetap miskin.
Melalui cerpen Robohnya Surau Kami ini, AA Navis ingin menyampaikan pesan kalau hidup hanya untuk beribadah dan beribadah, apalagi beribadah itu dilakukan atas nama Allah dengan mengabaikan kehidupan di dunia ini adalah salah. Harus ada keseimbangan antara beribadah dengan kehidupan di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H