Makanan bisa menjadi sarana menghadirkan kembali kenangan-kenangan lama.
ASAP mengepul dari cangkir blirik di sore gerimis. Suara sisa-sisa air hujan berpadu dengan aroma khas tanah basah. Sesekali terdengar suara "srruuppppp" dari nikmat secangkir teh. Sepiring "tempe kemul", dan pisang goreng tersaji di meja kayu tanpa taplak.
Itu kebiasaan bapak dan ibu yang hampir dilakukan tiap petang. Kenangan indah masa dulu saat aku masih di kampung. Kenangan yang teriang selalu meski sudah puluhan tahun merantau hingga saat ini. Kebiasaan yang hanya bisa kulakukan saat aku mudik. Aku bersyukur, mereka berdua masih sehat tinggal serumah berdua di kampung.
Kangen orang tua di kampung, beriring pula kangen dengan suasana, masa, dan makanannya. Makanan baik itu racikan ibu ataupun makanan khas kampung yang dibeli di pedagang-pedagang kecil.
Jajanan jadul yang membawa kisah-kisah tersendiri dan selalu lekat sepanjang masa. Makanan tradisional khas kampungku Wonogiri, selalu ngangenin. Nasi tiwul, gatot, dan aneka terbuat dari singkong, ketela, kedelai dan lainnya.
Siapa yang gak kangen mencicipi mie pentil khas Wonogiri? Tempe keripik? Keripik Ubi, singkong, dan aneka olahan camilan lainnya.
Siapa yang gak merindu olahan tempe beraneka rupa. dari olahan "Jangan" atau Sayur lombok tempe, tempe goreng garit, keripik tempe, sampai tempe bacem? Dipadu dengan Sayur bening, bobor, ataupun sayur lodeh? Wuiihh jiaan, nikmatnya tiada tara.
Gak kalah bikin rindu adalah camilan khas kampung yang beragam. Olahan ubi, ketela menjadi keripik. Ataupun kedelai yang disulap menjadi camilan tempe keripik. Tempe keripik berbahan kedelai, khas racikan Mbah Mangun, penjual tempe yang dibungkus dengan daun jati. Tempe kedelai dibentuk persegi panjang diikat dengan "damen" tali jerami.
Tempe pun menjadi camilan sederhana, tempe keripik. Dibungkus plastik. Isi tiap plastik 10 biji tempe keripik berbentuk segi empat. tipis dan memanjang. Warung kelontong ibuku menjualnya. Dan aku bagian yang nyomot kala butuh lauk nasi ataupun sekedar pengen ngemil. Belakangan baru deh kena tegur ibu, karena gak bilang-bilang.
"Dagangan Lee (Nak)," katanya, dengan tetap tanpa amarah. Mungkin itu cara ibu mendidikku untuk belajar mengkomunikasikan hal-hal sekecil apapun dalam keluarga. Dan itu bikin kangen.
Melalui sekeping tempe keripik pun bisa mengingatkan hal-hal manis di suatu masa. Tentu saja makanan lain pun demikian pula berarti. Termasuk kebiasaan-kebiasaan yang terawat dalam kenangan. Seperti rutin mengkonsumsi teh tiap pagi ataupun sore hari. Teh manis yang panas, kental plus "jarang" / air panas yang harus benar-benar panas dimasak pakai kayu bakar.
Waktu sudah berlalu. Usia beranjak. Bekerja di perantauan. Hidup terpisah jarak. Tapi kenangan tak pernah terbuang. Tak pernah berjarak. Kenangan yang bisa kuhadirkan kembali melalui makanan sehari-hari. Makanan ala kampung yang membekas. Mungkin dulu sulit diperoleh, tapi zaman sekarang apa sehh yang sulit?
Ya, gampang nyari makanan/ camilan meski masa pandemi Covid 19 saat ini. Via daring banyak. Sambil rebahan #dirumahaja bisa 'tap tap tap" smartphone berburu jajanan.