Lihat ke Halaman Asli

Afifi SyakirRahman

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Indonesia

Sejarah Kopi Gunung Puntang: Dari Berkebun Ilegal Sampai Menghasilkan Kopi Kualitas Internasional

Diperbarui: 12 Juni 2023   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(https://www.inews.id/travel/destinasi/mudik-ke-bandung-singgahi-gunung-puntang-lihat-hamparan-awan-di-puncak-mega)

Kopi adalah tanaman dengan buah yang memiliki citarasa unik didalamnya serta aroma yang dikeluarkan juga sangat khas. Kafein yang terdapat dalam kopi sangrai memiliki kadar 85 mg/5 oz, dalam kopi instan 60 mg/5 oz, dan dalam kopi dekafeinasi 3mg/5 oz. kafein. Kopi di Indonesia sendiri merupakan barang yang cukup diminati bahkan bisa dibilang barang yang luxury karena dijual dengan beragam variasi harga mulai dari yang terendah sampai paling mahal sekalipun. Mengutip dari Uzone.id mengatakan bahwa berdasarkan data dari Organisasi Kopi Internasional atau International Coffee Organization konsumsi kopi di kalangan masyarakat Indonesia melonjak hingga 174%, yaitu dari 1,68 juta bungkus pada tahun 2000 menjadi 4,6 juta bungkus pada tahun 2016. 

Selain karena aroma dan citarasanya, kopi banyak dinikmati juga dikarenakan proses pengolahan dari biji sampai kepada bentuk minuman kopi tidak bisa dilakukan secara sembarangan sebab kualitas dari sebuah kopi sangat ditentukan dari proses tersebut. Di Inodnesia itu sendiri kini telah banyak anak muda anak muda yang mempelajari cara mengolah biji kopi menjadi minuman yang bisa dinikmati, namun perlu kita sadari juga bahwa sampainya biji kopi berkualitas dalam segelas kopi berkualitas itu juga terdapat peran petani kopi yang sangat besar.

Di Indonesia sendiri dari masa ke masa dalam ranah industri kopi telah mencatat perjalanan yang sangat panjang, baik dari penanaman benih, pembudidayaan, pengolahan biji, sampai kepada terciptanya minuman kopi yang berkualitas. Kualitas kopi di Indonesia sangat beragam, namun salah satu yang paling terkenal dan digemari secara lokal dan internasional adalah kopi-kopi dari daerah priangan atau Jawa Barat, yaitu kopi gunung Puntang.

Gunung Puntang merupakan saksi sejarah atas peradaban manusia dari dua jaman, yaitu pada jaman kerajaan Siliwangi dan pada masa penjajahan Hindia Belanda ke Indonesia. Gunung Puntang merupakan salah satu gunung di tanah priangan yang kaya akan kesuburanya pada hasil kebun, Gunung Puntang memang mempunyai segala yang dibutuhkan semua hasil perkebunan agar tetap berkualitas dan tetap subur.

Sejarah kopi gunung Puntang tidak terlepas dari sejarah kopi di Indonesia yang dimana penyebaran tanaman kopi Indonesia, khususnya di Pulau Jawa terjadi pada tahun 1700-an. Awalnya, seorang berkebangsaan Belanda membawa tanaman kopi jenis Arabika ke Botanic Garden di Amsterdam, Belanda. Saat zaman penjajahan Belanda di Indonesia, berbagai percobaan penanaman kopi jenis Arabika dilakukan di Pulau Jawa, Sumatra dan Sulawesi. Percobaan pertama dilakukan di daerah Pondok Kopi, Jakarta. Setelah tumbuh dengan baik disana, tanaman kopi diaplikasikan di Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Banten dan Priangan Timur) dengan sistem tanam paksa. Setelah menyebar ke Pulau Jawa, tanaman kopi disebar ke beberapa propinsi di Pulau Sumatera dan Sulawesi. 

Sekitar pada tahun 1878 tanaman kopi Arabika di Pulau Jawa hancur akibat terserang penyakit karat daun, dan hanya tanaman yang berada di ketinggian 1.000 di bawah permukaan laut yang hanya bisa bertahan pada saat itu. Ayi Sutedja (Ketua Paguyuban Kelompok Tani) mendapatkan tanaman kopi tua yang tersisa dari Gunung Guntur itu dari kerabatnya secara gratis asalkan ia mau menanamnya dan mengembangkanya, disitulah Ayi Sutedja akhirnya mencari lahan yang cocok untuk bibit tanaman kopi, hingga akhirnya menemukan tempat yang cocok adalah lembah Gunung Puntang yang berada di kaki Gunung Puntang, tepatnya di Jalan Raya Gunung Puntang Km.27 Cimaung, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Pada saat itu kondisi Gunung Puntang sangatlah kritis, Hutan Gunung Puntang semula ditanami petani lokal dengan sayur-mayur yang menyebabkan tanah rentan longsor dan pada saat itu terjadi kebakaran hutan serta pencurian kayu secara besarbesaran hingga pada akhirnya Perhutani setempat menutup kembali lahanya. Ayi Sutedja pada saat itu menawarkan ide untuk menanam kopi agar bisa memperkuat struktur tanah di gunung puntang ini hingga akhirnya disetujui dibuka lahan kembali oleh Perhutani lewat "Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat" dengan mendapatkan lahan sewa sekitar pada awalnya 4 hektar

Produksi kopi gunung puntang didirikan belum genap 15 tahun, berawal dengan pembukaan lahan di hutan gunung puntang dengan proses izin kepada Perhutani yang tidak lain saat itu kondisi hutan gunung puntang sangatlah memprihatinkan, bukan hanya membuka lahan untuk perkebunan kopi Ayi Sutedja pun membantu Perhutani untuk membenahi hutan gunung puntang dengan kebun kopi, karena menanam kopi yang bisa memperkuat struktur tanah. Jika struktur tanah kuat maka potensi longsor dan lainya mungkin akan berkurang dan saat ini budidaya kopi di Gunung Puntang yang dikelola oleh Ayi Sutedja sudah mencapai 8 Ha. Setelah perkebunan kopi berjalan tidak lama kemudian sekitar tahun 2012 Ayi Sutedja membangun tempat produksinya tidak jauh dengan perkebunan kopi, "Ayi Estate" terpampang di rumah produksinya di bawah kaki Gunung Puntang.

Tahun demi tahun berlalu hingga akhirnya hasil dari Kopi Gunung puntang ini mendapatkan hasil,Ayi Sutedja selaku petani dan pengolah kopi gunung puntang ini mendapatkan penghargaan di kontes Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo 2016, 14-17 April 2016, Kopi Gunung Puntang yang di tanami dan diolah oleh Ayi Sutedja ini mendapat nilai 86, 25 dengan harga lelang 55 dollar Amerika Serikat per kilogram dan tentunya kondisi Gunung Puntang ini sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline