Lihat ke Halaman Asli

Dalam Setiap Krisis, Selalu Ada Pengambil Kesempatan dalam Kesempitan

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photobucket

[caption id="" align="alignleft" width="240" caption="ilustrasi"][/caption]

Saya orang gemblung, jadi jangan diambil hati dari isi tulisan orang gemblung. Orang gemblung ini cuma mau bilang bahwasanya pernah melewati dua krisis yang pernah terjadi di negeri tempat orang gemblung ini tinggal.

ØKrisis pertama, disebut juga krisis moneter, terjadi tahun 1997~1998

ØKrisis kedua, disebut juga krisis global, terjadi tahun 2008

Orang gemblung tak ingin cerita bagaimana krisis itu terjadi, karena orang gemblung cuma pingin mengingat bahwasanya di saat-saat krisis itu rupanya ada berkah tersembunyi, ada kesempatan dalam kesempitan, ada golok dibalik senyuman kata orang dunia persilatan, ada iblis dibalik wajah penuh kearifan.

Sepanjang yang orang gemblung ini masih ingat, di krisis pertama tahun 1997~1998 itu, ada program penyelamatan perbankan nasional, namanya BLBI kependekan dari Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Tidak tanggung-tanggung dana yang digelontorkan untuk bantuan tersebut total mencapai lebih dari Rp. 600 trilyun.

Nah disinilah munculnya tema judul di atas, karena ternyata ada diantaranya pihak-pihak yang menerima bantuan tersebut setelah menerima uang BLBI langsung kabur ke luar negeri. Inilah yang namanya “pucuk dicinta ulam tiba”. Tidak minta tidak ngemis dikasih uang.. asyik toh, enak toh.. ibarat dapat durian runtuh.. cuma duriannya dalam bentuk uang, kalau durian betulan segitu banyak, ya pasti bonyok juga ya...

Dan selidik punya selidik dari data BPK, ternyata ada juga dana yang lenyap ditelan siluman sejumlah lebih dari Rp. 134 trilyun.

Disinilah muncul ironi, di saat sedang krisis itu, tega-teganya ada oknum-oknum perbankan dan bankir-bankir hitam itu memanfaatkan kesempatan untuk menggelapkan uang rakyat.

Lebih aneh lagi kemudian, meski sudah 12 tahun kasus itu terjadi, maka 12 tahun juga dari kasus itu tak pernah terungkap oknum-oknum keparat itu yang mesti dimintakan pertanggung-jawabannya. Jadi benar-benar akhirnya BLBI menjadi [B]encana [L]uarbiasa [B]agi [I]ndonesia.

Mungkin belajar dari Krisis yang pertama tentang bagaimana caranya merampok uang negara, atau belajar dari kriminal-kriminal perbankan yang pernah di undang dan mendapat sambutan di Istana, maka dipraktekkanlah jenis BLBI yang lain. Meski jumlahnya tidak spektakuler seperti BLBI 1997/1998, tapi cukuplah.. lumayan Rp. 6,7 trilyun daripada gigit jari.. soal uang rakyat peduli setan.. tokh ada alasan yang bisa di-masuk-masuk-an akal yaitu Krisis Global.

Salam Krisis,

PS:

Catatan kecil...(kecil banget), selidik punya selidik ada satu nama oknum yang terkait dengan kedua krisis itu.. siapa..? gak berani akh... lagi rame UU ITE.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline