Lihat ke Halaman Asli

Ketika Garuda (Sudah) Menjadi Burung Perkutut...

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di bawah Bendera Revolusi

Bagi bung dan ki sanak yang tinggal di negeri yang kita cintai bersama..

Tentu tidak akan banyak hal yang harus menjadi tekanan bathin..

Tentu juga tidak akan banyak mata yang menatap dengan pandangan hina..

Tentu juga tidak terlalu banyak mendengar kata-kata dengan intonasi sinis dan melecehkan..

Tapi tidak demikian halnya bagi mereka yang tinggal di negeri orang...

Kadang banyak hal yang menjadi beban pikiran dan hati...

Mencoba melepas diri dari berpasang mata yang curiga..

Mencoba menutup gendang telinga dari ungkapan sinis...

Meski posisi adalah manager disebuah perusahaan asing...

Bukanlah berarti lepas dari segala derita...

“Indonesian.. how about your country..?”

“Too many corruption yea...”

Kubalas katakan;

“Don’t ever you tell to me like that.. !

“Because you know nothing about my country..!

Biasanya mereka segera terdiam, namun kemudian menghindar..

Indonesia.. kapan kamu bangkit..?

Bang Iwan... coba tolong Abang perdengarkan lagu Abang lagi...:

Garuda bukan burung perkutut/

Sang saka bukan sandang pembalut/

Dan coba dengarkan/

Pancasila itu bukan rumus kode buntut/

Yang hanya berisikan harapan/

Yang hanya berisikan khayalan/

(syair milik:: Iwan Fals > Bangunlah Putra-Putri Pertiwi)

Aku rindu tanah air..

Indonesia.. tempat akhir menutup mata...

5 hari menjelang hari Pahlawan..

Boy Rachmad




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline