Lihat ke Halaman Asli

Puri... Karenamu, Kini Aku Sadari Hatiku Begitu Rapuh... (in memoriam to Puri)

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pelangi di matamu

 

 

[caption id="" align="alignleft" width="229" caption="In Memoriam to Puri"][/caption]

Bangun tidur, saya berkhayal... hari ini akan jadi hari yang menyenangkan. Pertama karena pada hari ini Sabtu merupakan hari libur kerja.. dan itu artinya bisa puas mau buat apa saja.. mau tidur sepanjang hari khek.. mau meng”Kompasiana” sepanjang waktu khek... pokoknya bikin saja yang asyik-asyik sepanjang waktu.. apalagi dalam kasus “membujang lapuk” seperti sekarang ini...

Yang kedua, ini hari kantung celana dan dompet juga lagi penuh, maklum gaji sudah masuk.. bakalan bisa cari makanan sehat yang lebih bergizi nih... sekali-kali ganti menu dari yang biasa dimakan yang murah-murah menjadi lebih berkelas... hehehe sudah ngidam...

 

 

 

Tapi tentu saja.. aktifitas yang pertama dan jadi prioritas dilakukan kalau libur begini biarpun belum mandi juga adalah .. segera pasang laptop.. pencet tombol On.. klik internet explorer.. dan jreng.. register On Line ke Kompasiana..

Pertama tentu saja masuk halaman profil sendiri donk.. mosok sih masuk halaman profilnya Profesor Jenglot (hehehe.. pinjem istilahnya Mas Doddy Poerbo sang “Ken Arok”..).. lah ngga lah yauw.. pastinya lah ke profil sendiri dulu donk.. barangkali ada hal yang perlu di respon..  akhirnya respon sana, respon sini... komentar di sana, komentar disini.. buka profil si A, buka lagi profil B... terus saja keliling.. muter-muter cari sasaran buat jadi bahan ocolan.. atau paling nga tempat numpang ketawa... (hahaha.. asal jangan mau cari tempat buat “buang kentut”.. hehehe..)

Pas. Balik lagi ke halaman muka Kompasiana..  tertarik (setengah tanya dalam hati: ada apa ini..) dengan spot di bagian Komentar Terbaru tertulis sebagai berikut: Hadi Samsul, menanggapi: Puri telah pergi...!!! 

Tentu saja saya tertari meski dengan setengah bertanya dalam hati apa maksud judul tersebut... apalagi ini terkait Puri yang saya tahu pertama kali dari artikel dibuat Rosiy Les berjudul “Sebuah Pesan untuk Cerita Puri” (di posting tanggal 26 Oktober 2009), yang saya mengerti  juga adalah Puri adalah seorang mahasiswi Jurusan Komunikasi UGM angkatan 2006 (sesuai tertulis di profilnya)  yang sedang dalam therapi pengobatan sakit kanker yang dideritanya..

Tertarik akan tulisan Rosiy, saya terus menelusur ke profil Puri... dan tertarik membaca artikel buah karyanya... dan yang paling saya suka dari artikelnya adalah berjudul: “Siapa yang Kasih Tuhan Pahala atas Kebaikan-Nya Sendiri?” dalam artikel tersebut, saya merasakan betapa Puri telah sangat paham terhadap setiap kebaikan Allah yang datang dalam dirinya dan dalam diri orang lain... hingga menjadi suatu quote baginya, yang poin dari quote tersebut saya maknai sebagai: bila Tuhan selalu memberi kebaikan kepada orang lain... lalu siapakah yang memberi kebaikan/pahala terhadap Tuhan atas kebaikan yang dilakukan oleh Tuhan itu sendiri..?

Saya berikan apresiasi saya di artikel tersebut, meski bukan dalam bentuk jawaban dari quotenya.. karena jujur saya sendiri tak tahu apa yang harus menjadi jawab atas quote Puri tersebut...

Ketika menyimak artikel dari Hadi Samsul lah kemudian saya baru mengerti bahwasanya Puri memang telah pergi dan itu ternyata bukan mimpi di pagi hari untuk saya... jelas itu sudah kenyataan.. dan .. entah mengapa.. tiba tiba dada saya sesak, pertama mata saya buram.. lalu kemudian disusul oleh airmata yang bukan lagi menetes.. tapi mengalir deras... benar-benar mengalir deras.. ini bukan karangan.. ini nyata, dan saya tak malu mengakui bahwasanya saya menangis.. menangis untuk seseorang yang bahkan wajahnya saja tak pernah saya berjumpa.. yang saya baru juga mengenalnya melalui Kompasiana per tanggal 26 Oktober 2009 .. saya terisak-isak meski tanpa suara.. dengan airmata masih mengalir saya menuliskan komentar saya pada kolom artikel Bung Hadi Samsul tersebut... dan menyebut dalam hati saya: Ya Allah... Engkau telah panggil dia yang tentu Engkau sayangi.. terimalah ia yang tabah dalam kehidupannya satu tempat di sisi Mu... biarkanlah ia yang tabah dalam kehidupannya bermain di Taman Surga Mu...

Saya tak tahu, mengapa saya harus menangis... saya cuma tahu betapa dada saya sesak... hilang sudah angan-angan saya untuk melakukan sesuatu di hari ini... akhirnya, yang saya lakukan hari ini adalah melakukan call/komunikasi terus menerus dan lama dengan keluarga saya.. saya sapa isteri saya... saya ajak bergurau anak-anak saya... Juga saya telpon 2 kakak saya yang kebetulan berulang tahun di tanggal 28 Oktober dan 30 Oktober, meski terlewat tetapi karena Puri telah membuat saya ingin mengetahui bagaimana kabar kakak-kakak saya....

Menulis ini, bagi saya adalah seuatu kepedihan yang menyesakan dada, seperti seseorang yang kehilangan seorang sahabat yang sangat dekat.. saya harus terus menahan tetes air mata saya agar tidak terjatuh membasahi keyboard ataupun meja...

Puri, saya tak tahu mengapa saya harus bersedih... tetapi saya kira, kisah ketabahan hidupmulah yang membuat hati ini menjadi menangis sedih... karena pada akhirnya Allah yang menyayangimu telah mengajak dirimu ke sisiNya..

Puri.. kini aku mengerti... bahwa di balik karakterku yang keras ini... ternyata aku memiliki kerapuhan hati di dalamnya, yang tak kuat menahan kesedihan hati untukmu...

 

Selamat Jalan Puri... Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun

31 Oktober 2009

Boy Rachmad, in memoriam with you




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline