Lihat ke Halaman Asli

Utusan Tuhan di Bumi Nusantara

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapapun yang terpilih sebagai RI-1 dan RI-2 pada Pilpres 9 Juli mendatang itulah pemimpin terbaik yang dimiliki Indonesia di masa sekarang. Rakyat tidak pernah salah dalam memilih, suara rakyak adalah suara Tuhan. Anda boleh mempercayai teori yang saya sebutkan di atas. Amerika sudah puluhan Presidennya yang dipilih langsung, dan terbukti warga Amerika melahirkan pemimpin-pemimpin hebat di masanya.

Sistem pemilihan electoral atau dipilih langsung oleh rakyat, bukan oleh parlemen sangat menguntungkan bagi kita sebagai rakyat karena kita dengan cepat mengeliminasi para calon yang tidak pantas yang dibuktikan dengan survey elektabilitas. Hal itu berbeda jika para anggota parlemen yang memilihnya sebagaimana di Thailand, contoh dekatnya. Pemimpin yang dilahirkan oleh suara rakyat akan saling berikatan hati. Pemimpin yang dipilih rakyat, sejelek-jeleknya pasti akan memikirkan orang yang mengantarkannya ke kursi singasananya. Begitu juga dengan pemimpin yang dilahirkan oleh parlemen. Dia akan memikirkan para voternya di Parlemen ketimbang menjaring aspirasi rakyat.

Dalam masa kampanye Pilpres RI 2014 ini memang suasana politik sedang berada di titik didih. Sesama tukang ojek saja sampai baku hantam karenanya. Dimana-mana orang membahasnya, berdialog hingga menggelegakkan darah di ubun-ubun kepalanya. Capres dialah yang terbaik, capres lawan apalah itu, dilecehkan dengan bahasa mengerdilkan.

Perang media tak terelakan. Metro-TV menjagokan Jokowi dan TV One menjagokan Prabowo dapat dilihat dengan tayangan-tayangan mereka yang kasar, menggiring opini, membuat pencitraan dsb. Independen mereka sudah tergadai memang demi tujuan politik para pemiliknya.

Sebagai masyarakat yang cerdas, Rakyat Indonesia tidak lagi mudah diarahkan oleh opini media. Apalagi isu-isu yang mereka hembuskan itu-keitu saja. Masyarakat Indonesia di era kini tidak lagi menjadikan media mainsteam sebagai kiblat. Media sosial semacam facebook, twitter dan blog sama pengaruhnya dengan kumpulan ratusan media mainstream dalam hal membangun opini dan pencitraan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline