Salak (Media TIPIKOR) - Perkenalkan, namaku abdon marke bancin. Aku adalah salah satu korban selamat banjir bandang di air terjun dwi warna, sibolangit. Kejadian hari itu bukan lah kejadian yang bisa disangka-sangka orang awam, bahkan sekalipun dia ranger/guide objek wisata itu, tidak dapat memperkirakan kejadian tersebut.
Bermula dari kegiatan konsolidasi organisasi yang saya ikuti, GMKI FKM USU, kami merencanakan kegiatan tersebut di air terjun dwi warna, sibolangit. Menghabiskan semalam disana tanpa berprasangka akan apa yang akan kami rasakan keesokan harinya. Esok harinya kami bersiap-siap untuk berangkat ke objek wisata tersebut. Kami mempersiapkan apa saja yang kami perlukan.
Tepat jam 9.00 wib kami memulai langkah kami untuk berwisata alam disana. Perjalanan yang cukup jauh yang memakan waktu 3 jam perjalanan tidak menyurutkan semangat kami mengeksplorasi alam yang begitu indah. Panas yang sangat menerpa seluruh anggota rombongan yang kami bawa, sampai air minum yang kami bawa kehabisan. tapi itupun tidak mematahkan semangat kawan- kawan yang pertama kali kesana, ingin merasakan keindahan alam yang mempesona. Sesampainya disana, semua melepaskan kepenatannya dengan bermain di air terjun walaupun cuaca tiba-tiba mendung disana, selang beberapa menit, gerimis pun turun. Seluruh anggota yang kubawa dalam rombongan, kuarahkan untuk naik dari air tersebut.
Tidak beberapa lama, setelah gerimis turun, datang lah air bandang dari salah satu air terjun yang beserta dengan lumpur dan ranting2 kayu, disitu seluruh mahasiswa yang ada disana membuat kelompok yang berlindung di sisi kiri dan kanan air terjun.. Aku beserta kelompok berada disebelah kiri air terjun, kami berusaha melindungi diri dengan cara berpegangan pada orang disebelah kami, menahan terpaan angin, air, lumpur, dan kayu yang beterbangan diakibatkan kuatnya hempasan air yang datang kearah kami. Aku tepat berada diposisi paling belakang bersama 2 orang rekan lainnya se organisasi, iron tambunan dan gibeon silitonga.
Bertahan dalam posisi tersebut selama 30 menit merupakan usaha yang cukup berat bila dibiarkan seperti itu terus, karena kayu, lumpur, batu menerpa kami orang paling brlakang terlebih dahulu. Suara gemuruh yang mencekam dan kilat yang beberapa kali menyambar tidak mematahkan niat kami untuk berusaha hidup. Pijakan kami pun seakan-akan bergetar untuk memutuskan harapan kami. Kami yang brrdiri diposisi paling belakang sudah tidak tahan dengan posisi tersebut mengarahkan agar kelompok itu maju dan tidak berdiam saja. Namun ketakutan dari rombongan itu terutama anak smp yang bergabung dikelompok itu tidak mau maju sangkin takutnya dengan banjir yang ada disebelah kami..Seorang rekan organisasi juga, bernama freddy tumanggor mengarahkan anak2 tersebut untuk bergerak melihat kondisi alam semakin berkecamuk.Pada saat itu juga kelompok itu bergerak perlahan menuju ketempat yang lebih aman untuk menyrlamatkan kelompok tersebut. Dan pada saat itu juga, aku terpisah dari kelompok selama beberapa menit, sungguh perasaan yang sangat berkecamuk, perasaan tertinggal dan dingin yang luar biasa membuat saya berpegangan terus pada dinding tebing..
Tapi niat untuk hidup tidak membuat saya menyerah untuk menetap disitu, kondisi dengan mata berlumpur yang membutakan mata, bukan penghalang untuk tetap berjalan ke depan, karna tidak melihat, saya jatuh terjerembab di lumpur. Disitu saya diselamatkan seorang ibu penjual makanan dengan cara memasukkan ke terpal yang membungkus badan dan dagangan nya. Tak berapa lama kemudian saya dijemput oleh rombongan saya karna mereka sadar saya tertinggal dibelakang.Kondisi hipotermia juga tidak menjadi alasan untuk mati disana, rekan serombongan menghangatkan saya dengan semua cara. Setelah semua menghangatkan diri, kami teringat dengan kondisi kelompok lain yang ada diseberang. Beramai2 , kami melihat ke seberang dan sedihnya melihat rombongan lain sudah tidak ada, dan beberapa ranger menggantungdi tebing, mereka menyeberang dengan bantuan dari teman2 di kelompok kami. Hujan berhenti pada pukul 3, dan debit air berkurang pukul 6 sore. Kami menyeberangi sungai dengan saling tolong menolong.. Hutan yang gelap dan penerangan yang kurang membuat kami menjalani hutan dengan sangat hati hati.
Pukul 11.45 wib rombongan tiba di posko disambut pihak pemerintahan dan warga yang sudah mendengar berita tersebut.Sungguh penyertaan tuhan lah yang menyelamatkan kami, dan hikmat yang diberikan kepada orang-orang pilihan yang membuat kami dapat kembali dengan selamat. Dan peristiwa ini tidak akan menghambat kami menjelajahi alam yang tuhan titipkan bagi kita, Marilah kita rawat alam ini Ut omnes unum sint. ABDON MARKE BANCINKetua GMKI koms. FKM USU
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H