Lihat ke Halaman Asli

Indonesia dan Bencana

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Indonesia setiap hari bergulat dengan bencana dan bencana, hampir tidak ada waktu lagi untuk kita agar dapat menikmati apa saja yang disajikan Allah swt dalam hidup ini. Sejak pemerintahan SBY jilid I sudah kita rasakan bencana, yang terbesar adalah stunami di Aceh dan sekarang ini kita bergulat dengan meletusnya gunung Merapi yang tidak tahu kapan aman dan juga stunami Mentawai. Di Mentawai bantuan sangat sulit dilakukan karena cuaca tidak bersahabat, demikian juga di kawasan Joyga yang di guyur awan panas kemudian turun hujan sehingga menjadi lava dingin yang sangat mencekam. Ini semua menambah penderitaan masyarakat sebagai pengungsi, setelah jatuh di timpa tangga, mereka dikejar-kejar oleh bencana dan mengungsi.

Semua ini memang kehendak Allah swt namun kita juga harus sadar bahwa manusia juga punya peranan penting dibalik ini semua karena sesungguhnya manusia diciptakan untuk menyembah Allah swt semata dan menjaga agar alam agar selalu berimbang, tidak terjadi ketimpangan. Kita melihat sejak kepemimpinan terdahulu, seenaknya saja melakukan segala sesuatu tanpa memikirkan apa yang akan terjadi nantinya. Dan tidak ada tanda-tanda berarti yang dilakukan pemerintahan sekarang untuk membendung tindakan-tindakan yang merugikan bangsa sehingga Allah swt kembali memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati kenikmatan.

Seharusnya kita semua sadar bahwa apa yang terjadi adalah bencana, jangan kita mengatakan bahwa itu hanyalah fenomena alam sehingga punya masa untuk dia memulai dan berakhir. Karena alam dan manusia satu siklus yang tidak dapat dipisahkan sehingga dimanapun terjadi ketimpangan maka akan muncul bencana.

Semua sedang berlangsung dan kita hanya bisa berharap agar semua ini cepat diakhiri oleh Allah swt, dan jangan lupa kita semua kembali kepadaNya dengan bertaqwa dan menghilangkan pekerjaan keji serta mungkar, meluruskan mana yang hak dan bathil, dan jangan lupa kita berdoa agar kemakmuran bisa kita nikmati kembali.

“Kadang kala di balik musibah terdapat sejuta kenikmatan”. Wallahu aklam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline