Lihat ke Halaman Asli

Aceh Nangro 1000 Warung Kopi

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Orang Aceh sejak dahulu kala paling gemar mengkomsumsi kopi yang merupakan minuman yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Bagi orang Aceh minum kopi bagian dari kebutuhan bahkan ada sebagian orang yang mengandalkan kopi walaupun tidak makan. Mereka tetap bertahan dari pagi sampai sore tanpa makan nasi, yang penting ngopi.

Dahulu warung kopi yang kita dapatkan hanya sebuah kedai baik permanen maupun biasa dan penampilannya pun sederhana saja, dengan sajian kopi dan kue-kue basah serta makanan ringan lainnya. Ini sudah berlangsung puluhan tahun baik di kota maupun di desa-desa. Mungkin mereka tidak terbayang untuk mengembangkan usahanya seperti sekarang ini.

Sejak habis stunami tahun 2004 yang melanda Aceh, maka perubahan pun terjadi seiring perubahan Aceh menuju Aceh Baru. Saat itu warung kopi yang terkenal yaitu SOLONG di Ulee Kareng. Setiap pendatang dari luar Aceh pasti menyempatkan diri untuk ngopi di warung ini. Mereka rela duduk lama di warung ini sambil ngobrol apa saja, apakah tentang Aceh, pembangunan Aceh maupun bisnis lainnya. Tidak ketinggalan bule-bule dari luar negeri ikut nimbrung di warung ini.

Akibat perubahan begitu drastis terjadi terhadap warung ini maka lahirlah warung kopi baru yang sajiannya kopinya mirip dengan warung kopi SOLONG. Di antaranya Cek Yuke dan Taufik Kupi. Namun mereka menambah menu baru yaitu menyediakan wifi gratis buat pengunjung. Mungkin wifi sudah menjadi tuntutan saat itu karena setiap yang datang rata-rata membawa laptop. Jadi mereka bisa bekerja sambil ngopi, meeting, dan browsing. Pengunjung setiap saat rame sejak pagi sampai malam hari bahkan larur malam.

Melihat fenomena ini maka sampai tahun 2009 Aceh khususnya Banda Aceh memiliki warung kopi paling banyak. Saya hitung-hitung lebih 30 warung kopi, padahal luas wilayah Banda Aceh hanya 60 km2. Hampir disetiap sudut kota terdapat warung kopi dengan fasilitas andalan wifi dan rasa kopi yang sedap. Rata-rata mereka mengambil kopi dari SOLONG sehingga di mana pun kita ngopi rasanya hampir sama. Dan yang sangat terkenal yaitu kopi sanger, kopi dengan sedikit susu namun rasanya cukup nikmat, baik hangat maupun dingin. Mereka berani berinvestasi di warung kopi dengan menyewa empat pintu toko permanen dan berlantai dua. Bahkan ada warung kopi delapan pintu toko permanen, sungguh luar biasa. Warung kopi dengan fasilitas wifi tidak hanya terdapat di kota Banda Aceh saja tetapi sudah merambah ke kota-kota lainnya di Aceh baik wilayah barat maupun timur.

Efek dari banyaknya warung kopi adalah mengurangi minat orang-orang untuk ke mesjid (shalat) karena mereka lebih betah duduk di warung kopi dari pada ke mesjid sehingga mesjid banyak yang kosong namun di warung kopi rame. Terutama di bulan Ramadhan tahun ini, setiap warung kopi tidak menutup secara total pada waktu taraweh. Mereka tetap tutup tetapi pintu di buka sehingga nampak sepi, bila kita telusuri ke dalam maka warung penuh. Dan juga orang-orang pada malas kerja, mereka betah dengan laptop dan wifi gratis untuk main poker dari malam sampai pagi. Ini fenomena yang terjadi di kota Banda Aceh sekarang. Semoga pemerintah dapat melakukan perubahan agar warganya dapat merubah pola hidup di warung kopi ke arah investasi dan berkarya. Semoga!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline