Lihat ke Halaman Asli

Boyke Abdillah

Hanya manusia biasa

Adakah Materi Lawakan yang Lebih Konyol dari Ini?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

X: Dasar lu, bakiak somplak!

Y: Elu tuh kaleng rombeng!

X: Eh, jaga tuh mulut udah kayak pinggiran borok!

X: Daripada hidung lu kayak batu nisan!

X: Mending! Bodi lu mirip papan tripleks!

Y: Daripada elu, upil dinosaurus!

X: Uh, dasar jendela bajaj!

Y: Elu, moncongnya bajaj!

X: dst...dst..

Y: dst...dst...

Materi lawakan seperti ini sering sayalihat di acara hiburan TV. Terakhir saya lihat seminggu lalu di acara Bukan Talent Biasa di RCTI yang acaranya menghadirkan bos-bos yang bagi-bagi duit untuk peserta. Ketika itu ada Andre Taulani, VJ Marissa, Al (anaknya Ahmad Dhani), dan si Aziz yang kebetulan menggantikan Sule. Pesertanya kebetulan Dede Jokowow.Si Dede terlibat ceng-cengan dengan Aziz, kemudian dikomporin oleh Andre. Mereka pun saling mencela, bahkan lebih parah dari sekadar ilustrasi di atas, karena kepiawaian mencela, si Dede ini ditambah lagi duitnya oleh Al dan Marissa. Di acara-acara lain yang bertema hiburan/ komedi seringkali host main ceng-cengan untuk menimbulkan tawa penonton. Tak sedikit komedian yang jago mencela. Tak perlu saya sebut siapa.

Saya mengerti, pasti tak ada maksud apa-apa dari para komedian itu untuk mencela. Tujuannya hanya semata-mata menghibur penonton. Dan bukan hal yang mudah untuk membuat orang ketawa dan terhibur. Materi lawakan harus terus digali biar tidak basi dan ketinggalan jaman. Komedi slapstick modelnya srimulat mungkin sudah tak jamannya lagi. Materi lawakan dengan dandanan perempuan oleh komedian cowok rasanya pun sudah agak basi untuk dilihat. Nah, materi lawakan saling ceng-cengan seperti ini pun seperti menemukan tempatnya sekarang ini. Dan jujur saja, saya tidak suka dengan materi lawakan model begini. Bukannya tertawa melihatnya, malah yang ada rasa sebel. Apakah sense of humor saya berbeda?

Saya rasa bukan karena sense of humor, tapi semata-mata karenatak mendidik sama sekali. Apa yang lucu dari mencela orang? Kalau dalam bahasa ada yang istiahnya metafora, yakni pemakaian kata atau kelompok kata bukan arti sebenarnya, tapi dengan perbandingan seperti kambing hitam, tulang punggung, jantung hati seperti: ia hanya dijadikan kambing hitam atas masalah tersebut, atau lelaki itu adalah tulang punggung keluarganya. Tapi materilawakan di atas justru menganalogikan manusia dengan benda-benda yang parahnya justru benda yang tak berharga/ bernilai. Masa menyamakan orang dengan bakiak somplak, jendela bajaj, atau apalah? Saya pikir ini adalah materi lawakan yang paling konyol yang pernah saya lihat. Suatu bentuk penghinaan pada kemanusiaan. Ini yang tak diperdulikan oleh para komedian-komedian itu. Khawatirnya lawakan model begini, akan ditiruoleh anak-anak bila mencela kawan-kawannya.

Jadi Komedian itu tidak mudah dan butuh keahlian. Tapi justru di telivisi, terlihat banyak artis yang menyaru jadi komedian tanpa bersusah-susah. Yang penting nekat bertindak konyol depan kamera dan bisa saling mencela. It’s OK.

Daripada sebel nontonnya, ya, tak ada cara lain selain ganti saluran, atau mematikan TV.Click!. As simple as that!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline