Lihat ke Halaman Asli

Boyke Abdillah

Hanya manusia biasa

Papan Karangan Bunga di Pesta Pernikahan

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14149731911272419591

[caption id="attachment_351319" align="aligncenter" width="300" caption="jejeran papan karangan bunga di sebuah pesta pernikahan (dokpri)"][/caption]

Tak tahu pasti sejak kapan trend papan karangan bunga ucapan selamat di pesta pernikahan mulai mewabah. Sebelum tahun 2000-an, masih langka saya lihat. Belakangan ini, trend ini semakin menjadi-jadi, seakan menjadi sebuah prestise bagi pemilik hajatan bila pestanya dibanjiri papan karangan bunga, apalagi bila terdapat papan karangan bunga dari pejabat berpengaruh seperti walikota/bupati, gubernur, menteri atau bahkan presiden. Pasti papan karangan bunga itu akan ditempatkan di posisi sangat strategis yang bisa dilihat dan dibaca oleh para undangan yang datang. Memang, papan karangan bunga di acara pesta pernikahan akan memberi nuansa tersendiri, pestanya terlihat lebih meriah walaupun itu bukan papan karangan bunga yang terbuat dari bunga sebenarnya, hanya terbuat dari busa dan kertas yang berwarna-warni yang dibuat seperti bunga. Saya percaya, Anda pasti pernah melihat sebuah pesta pernikahan dibanjiri dengan papan karangan bunga sampai meluber di kedua sisi jalan menuju lokasi pesta berpuluh-puluh meter panjangnya. Hanya sebagai penanda bahwa si empunya hajatan adalah orang penting yang punya banyak relasi dan klien.

Saya adalah orang awam yang berpikir awam pula. Bila melihat sebuah pesta pernikahan yang banjir papan karangan bunga, otak saya langsung mikir. Siapakah yang akan membaca papan karangan bunga yang sedemikian banyaknya? Apakah ada tamu yang datang akan membaca satu per satu? Hmm, sepertinya tamu yang datang biasanya langsung masuk ke gedung/ tempat pesta digelar tanpa membaca papan karangan bunga kecuali mungkin papan karangan bunga yang berada di dekat pintu masuk. Selebihnya? Hanya dilewati begitu saja karena semua papan karangan bunga itu nyaris seragam, kecuali nama si pengirim.  Otak saya kadang juga menaksir, kalau 1 papan karangan bunga harganya kira-kira 300 ribu rupiah, 100 papan karangan bunga bisa bernilai 30 juta rupiah. Itu baru 100 papan karangan bunga. Saya pernah melihat di beberapa kesempatan, ada pesta yang dibanjiri lebih dari 100 karangan bunga (cuma melihat pestanya karena kebetulan lewat, bukan sebagai tamu undangan), dan menebak-nebak yang punya hajatan kalau bukan pengusaha besar, pasti pejabat penting. Wah, betapa banyaknya uang yang dihabiskan untuk jejeran papan karangan bunga hanya sekadar meningkatkan prestise empunya hajatan padahal belum tentu dibaca oleh para tamu undangan.

Kalau ditelusuri lebih lanjut memang total nilai nominalnya bisa puluhan juta rupiah dan uang sebesar itu tidak berasal dari kantong  yang punya pesta. Yang punya pesta hanya sebagai pihak penerima, para klien/ relasilah yang memberi atau yang mengeluarkan uang. Pemberian tersebut tidak tidak hanya atas inisiatif relasi, kadang juga diminta oleh yang punya hajatan. Untuk membina hubungan baik antara mereka maka permintaan tersebut mau tak mau harus dituruti, apalagi kalau yang punya hajatan termasuk orang penting.

Saya juga pernah melihat, untuk setiap karangan bunga yang datang, si pemilik hajatan akan memfoto papan karangan bunga tersebut untuk didokumentasikan. Entahlah, untuk tujuan apa didokumentasikan. Apakah sebagai bukti kelak ke anak cucu kalau pestanya banjir karangan bunga atau untuk pendataan siapa-siapa yang memberi, karena akan dibalas dengan karangan bunga juga bila si pemberi punya hajatan nantinya. Jadi ini merupakan hubungan timbal balik.

Papan karangan bunga tidak lagi sebagai bentuk ucapan selamat tapi sudah menjelma sebuah prestise bagi yang punya pesta. Tanpa papan karangan bunga maka pesta terasa tidak meriah, ibarat sayur tanpa garam. Ada yang kurang.

Saya tidak tahu apakah trend karangan bunga di pesta pernikahan hanya berlaku di Indonesia atau di negara lain juga seperti itu. Berkaca dengan budaya masyarakat maju seperti di Amerika atau Eropa, saya yakin mereka tidak akan menggunakan papan karangan bunga dalam pesta pernikahan. Setidaknya itu yang saya lihat dalam adegan film. Malah pesta mereka kebanyakan tertutup, hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat saja. Tidak seperti Indonesia yang semarak dan gemebyar. Ya, lain padang lain belalang, lain negeri lain pula adat istiadatnya. Orang Indonesia termasuk suka showy, jadi dengan banjirnya papan karangan bunga akan menunjukkan kelas mereka.

Jadi, jangan heran apabila yang punya pesta adalah orang yang biasa-biasa saja, untuk menunjukkan ke orang-orang sekitarnya, mereka mengakalinya dengan memesan papan karangan bunga ucapan selamat untuk mereka sendiri. Bisa jadi dengan menuliskan pengirim dari orang penting atau instansi tertentu hingga nanti bisa dibaca oleh tamu yang datang. Atau kalau takut mencatut nama, ya, tulis nama keluarga jauh sebagai pengirimnya. Yang penting ada papan karangan bunga di pesta mereka. Jujur saja, karena saya orang awam dan bukan orang penting, tak ada papan karangan bunga di pesta pernikahan saya. Bagi Anda yang sudah menikah, ada berapa banyak papan karangan bunga  di pesta pernikahan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline