Lihat ke Halaman Asli

Kursi Pesakitan

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pak hakim dan pak jaksa

kapan saya akan di sidang

sudah nunggu berjam-jam

belum juga ada panggilan.

Ini pengalaman pertama saya dalam memasuki ruang Pengadilan. Merasakan, bagaimana menjadi seorang terdakwaseperti yang pernah saya lihat di layar kaca. Huh..!! sesal memang selalu datang terlambat.Duduk di kursi pesakitan Pengadilan, memang berbeda rasanya dengan duduk di sebuah mall, apalagi bila sambil menghirup kopi panas. Ditambah tanpadi dampingi Tim Pembela ataupun Pengacara. Rasanya, saya belum cukup mampu untuk membayar ataupun mencari Pembela dalam kasus yang saya hadapi.

Sudahlah.!! saya hanya bisa pasrah dan berdoa. Semoga dalam proses Persidangan, saya diberi kekuatan atas keputusan Hakim dan diberi kelancaran dalam semua urusan. saya kembali pasrah.

Tak disangka memang, kasus saya ternyata cukup menyedot para pengunjung untuk menghadiri proses Persidangan. Terbukti, dengan ratusan orang yang telah dan akan memasuki ruang Persidangan. Huhh..!! membuat mental saya semakin drop. Terdengar beberapa teriakan-teriakan para pengunjung yang telah lelah menunggu kedatangan Hakim agar sidang segera di mulai. [caption id="attachment_215809" align="aligncenter" width="300" caption="kerumunan orang (doc.pribadi)"][/caption]

Siang itu, cuaca cukup cerah di belahan jakarta. Setelah selesai menjalankan sebagian dari pekerjaan tugas ke luar kantor, saya bisa pulang lebih awal ke rumah.

Merasa malu terhadap pintu depan rumah, iseng pergi ke rumah sahabat sekedar silaturahmi dan ngobrol ngalor ngidul babak belur sambil menunggu hari kan gelap.

Di tengah perjalanan, saya melihat beberapa oknum polisi tengah menghadang dan menghentikan laju semua sepeda motor. Saya sempat berfikir "paling pemeriksaan surat-surat atau pemeriksaan senjata tajam" karena merasa tak berbuat salah, dan surat-surat sudah lengkap di balik dompet, saya merasa cukup tenang menghadapi hadangan oknum polisi tersebut. Tak lama, saya pun di hadang dan di beri tanda untuk segera menepi.

"selamat siang, pak.!"

"iya!! siang pak!!

"maaf, bapak telah salah menggunakan jalur."

"jalur.?" tanya saya kebingungan.

"jalur, yang mana pak.? " tambah saya.

"di bawah, telah tercantum papan pengendara motor menggunakan jalur sebelah kiri"

"loh.? saya dari tadi menggunakan jalur kiri kok pak.!!" teriak saya lebih keras.

"bapak, yang dimaksud jalur kiri itu, di bawah pak.!"

"loh.?! beda donk pak.? Jalur fly over dengan jalur bawah.!! "

"di bawah sana, (sambil memberi telunjuk ke arah bawah) cuma tercantum Pengendara menggunakan jalur kiri dan bukan dilarang menggunakan fly over"!!

"Kalau itu tercantum, atau terdapat tanda tanda motor disilang, berarti saya melanggar pak.!! kalau begini caranya, berarti bapak menjebak saya.!!

Dan secara tiba-tiba, oknum polisi itu berkata dengan nada yang agak tinggi,

"Anda mau melawan Petugas ya? "

"looh, bukan melawan pak. seharusnya, bapak berada di bawah sebelum fly over. atau minimal sosialisasi dulu kepada pengendara." sambil memberi SIM dan STNK.

Selang berapa lama, akhirnya oknum polisi itu mengeluarkan kertas saktinya, sambil berkata :

"saya tilang ya pak.!! "

"ya udah, tilang aja pak.!" merasa sudah hopless dan males berdebat dengan Petugas.ditambah matahari saat itu tengah begitu panas. ohh..Pak Polisi.

[caption id="attachment_215814" align="aligncenter" width="300" caption="Ruang Sidang (doc.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_215818" align="aligncenter" width="300" caption="Santai sejenak di Ruang Sidang (doc.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_215827" align="aligncenter" width="300" caption="Ruang Sidang semakin penuh. (doc.pribadi)"][/caption]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline